Selasa, 29 September 2015

MENINJAU PERISTIWA JATUH REBAH DALAM PENTAKOSTA MODERN Oleh: Calvin Dachi

MENINJAU PERISTIWA JATUH REBAH DALAM PENTAKOSTA MODERN 
Oleh: Calvin Dachi



Salah satu fenomena yang menarik dalam kalangan Pentakosta adalah peristiwa orang “jatuh” setelah penumpangan tangan.  Peristiwa orang terjatuh ini kelihatannya belum pernah diselidiki secara serius.  Karena tidak pernah diselidiki, maka tentu saja belum ada penjelasan yang memuaskan tentang peristiwa orang jatuh rebah ini.  Penjelasan yang diberikan lebih bersifat spekulatif bernada “barang kali …”  atau  “mungkin karena …”  Tulisan ini juga tidak bermaksud memberi jawaban yang pasti, tetapi mencoba memberi wawasan dalam memahami fenomena tersebut.


Awal mula peristiwa Jatuh rebah dalam Pentakosta Modern
Vinson Synan dalam bukunya The Century of the Holy Spirit: 100 Years of Pentecostal and Charismatic Renewal, mencatat bahwa peristiwa orang jatuh itu sudah terjadi dalam kebangunan rohani di Welsh tahun 1904 oleh Evan Roberts.  Synan mencatat bahwa dalam minggu-minggu pertama kebangunan rohani ini, banyak orang mengklaim telah dibaptis dalam Roh Kudus.  Pengalaman ini diiringi dengan sorak sorai, tertawa, menari, orang-orang yang jatuh di bawah kuasa, tangisan, berbicara dalam bahasa yang tidak diketahui dsb. 
Catatan berikutnya tentang peristiwa orang jatuh dalam ibadah juga terjadi dalam ibadah di Azussa Street (1906).   Synan menyatakan, pada awalnya “Seymour dan tujuh orang lainnya jatuh ke lantai dalam luapan kegembiraan yang religius, berbicara dengan bahasa yang lain.”  Dan setelah itu,  Synan mengatkan bahwa Orang melaporkan kejatuhan di bawah kuasa Allah dan menerima baptisan Roh Kudus dengan bukti berbahasa roh saat mendengarkan khotbah Seymour dari seberang jalan. 

Kilas Balik Pelayanan
Peristiwa orang jatuh rebah ini mengingatkan penulis kembali pada masa pelayanan di BNKP Tapanuli Selatan sekitar tahun 2005/2006.  Saat itu, penulis menggembalakan sebagai Pendeta Distrik dengan lebih 30 pos pelayanan.  Dalam pelayanan di jemaat cabang (pos pelayanan), biasanya penulis melayankan Perjamuan Kudus.  Kebiasaan di gereja tersebut, Perjamuan Kudus diadakan di altar, dimana jemaat maju secara bergiliran untuk memakan roti dan minum anggur perjamuan.  Saat melayani Perjamuan Kudus, tiba-tiba salah seorang jemaat jatuh rebah setelah minum anggur Perjamuan.  Tentu saja hal ini sangat mengejutkan saya dan menyebabkan saya  bingung karena saya tidak pernah diperlengkapi untuk menghadapi hal seperti ini.  Kemudian saya suruh jemaat membawa orang tersebut pulang setelah mendoakan orang tersebut. 
            Beberapa tahun yang lalu, saya juga mendapat video tentang pelayanan Reinhard Bonke.  Dalam video ini, dia menceritakan pelayanannya di Afrika.  Dia mengatakan bahwa dia melihat secara rohani adanya gelombang Roh dan ketika itu melewati kerumunan orang yang hadir dalam KKRnya, mereka semua berjatuhan dan rebah.

Peristiwa Orang Jatuh Rebah dalam Alkitab
            Kemajuan teknologi memudahkan penulis untuk mencari ayat-ayat yang menunjuk pada peristiwa orang jatuh rebah karena alasan rohani.  Catatan pertama tentang orang yang jatuh rebah karena alasan rohani adalah dalam 1 Sam 19:24.  Dalam ayat itu dikatakan bahwa Saul “menanggalkan pakaiannya, dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang berkata: "Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?"”  Ayat Ini adalah satu-satunya referensi yang memperlihatkan gejala “kepenuhan Roh Allah” di kalangan nabi-nabi Israel.  Peristiwa kepenuhan Roh itu juga terjadi ketika Tuhan menaruh sebagian Roh yang hinggap pada Musa dan menaruhnya atas tujuh puluh tua-tua Israel.  Dikatakan dalam Bil 11:25b ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi.


Peristiwa kedua yang dicatat dalam Alkitab adalah berkaitan dengan ketika Tuhan Yesus menyatakan diri kepada Paulus dalam perjalanan ke Damaskus.  Dalam Kis 26:13-14 dikatakan bahwa “aku (Paulus) melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.
KAMI SEMUA REBAH ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.”  Yang menarik dalam peristiwa ini, semua orang yang bersama dengan Paulus rebah,  tetapi dari antara semua yang rebah itu hanya Saulus melihat cahaya  dan mendengar suara Yesus.  


Sebuah Analisa Sederhana
Cukup menarik bahwa sejak awal Pentakosta modern, peristiwa orang jatuh rebah diklaim sebagai adanya kuasa Allah atau lawatan nyata dari Roh Allah.  Di Azussa Street, kita melihat bahwa fenomena orang jatuh terjadi saat ibadah atau saat mendengarkan khotbah.  Cukup menarik disini bahwa tidak disebut mengenai penggunaan minyak urapan atau penumpangan tangan.  Orang-orang yang belum mendapat lawatan dari Roh Allah atau Roh Kudus, akan disuruh untuk naik ke lantai dua geduang Azussa Street dan berdoa di sana sampai mengalami lawatan Roh. 
            Dalam Alkitab, kita hanya mendapat sedikit informasi mengenai peristiwa jatuh rebah ini.  Dalam Perjanjian Lama, rupanya peristiwa orang jatuh rebah seperti itu merupakan gejala yang umum terjadi di kalangan para nabi.  Orang Israel pada umumnya dianggap sudah mengetahui hal ini sehingga penulis Alkitab tidak menyebutkan lagi tentang peristiwa jatuh rebah itu dalam  catatan tentang “kepenuhan Roh Allah” ini.  Namun, fenomena ini terungkap dalam peristiwa yang dialami raja Saul dan secara khusus dicatat karena kepenuhan Roh dengan gejala jatuh rebah ini dialami bukan oleh seorang nabi tetapi oleh seorang raja. 
            Sedangkan dalam Perjanjian Baru, kita tidak mendapatkan informasi bahwa orang-orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus mengalami jatuh rebah.  Justru yang mengalami jatuh dan rebah adalah Saulus (sebelum bertobat) dengan orang-orang beserta dia ketika Tuhan Yesus menyatakan diri kepada Saulus.  Dan yang menarik, dari semua yang rebah, hanya Paulus saja yang dilawat oleh Tuhan sedangkan yang lain tidak.
            Pengalaman pribadi penulis  maupun pengalaman pelayanan orang lain dan juga cerita dalam Alkitab memperlihatkan bahwa peristiwa jatuh rebah itu terjadi bukan karena penumpangan tangan atau pun karena minyak urapan.  Peristiwa itu terjadi lebih karena lawatan Roh Kudus atau Roh Allah.  

Apakah Orang yang Tidak Jatuh Rebah Tidak Dilawat Roh Tuhan?
            Pertanyaan kritis dari sub judul ini bisa diajukan dengan cara yang lain:  Apakah lawatan Roh Allah HARUS DISERTAI dengan peristiwa “jatuh rebah”?   Pertanyaan ini penting karena di kalangan jemaat bisa timbul berbagai praduga, bahkan bukan tidak mungkin akan melemahkan iman jemaat.  Untuk ini penulis berpendapat, bahwa lebih baik untuk tidak bersikap terlalu ekstrim memutlakkan satu gejala dan mengabaikan kenyataan yang lainnya.  Ada banyak peristiwa dalam Alkitab yang menceritakan lawatan Tuhan atau Roh Tuhan tanpa disertai dengan gejala “jatuh rebah”.  Mis,:  Ketika pertama kali Tuhan memanggil Samuel dan berbicara kepadanya, Samuel tidak mengalami jatuhrebah dan sebagainya.  Tetapi itu bukan berarti Samuel tidak dipenuhi oleh Roh Tuhan.  Demikian juga dengan Musa.  Lawatan Tuhan atas Musa tidak disertai dengan jatuh rebah atau tubuh yang bergetar dan sebagainya.  Tetapi Musa tetap dipenuhi oleh Roh Tuhan.  Namun ketika sebagian Roh itu diambil dan diberikan kepada ketujuh puluh tua-tua Israel, mereka mengalami apa yang disebut dengan gejala “kepenuhan Roh” yang bisa dilihat dan dikenal oleh umat Israel.     Bil 11:25 -26  “Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi.  Masih ada dua orang tinggal di tempat perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad. Ketika Roh itu hinggap pada mereka--mereka itu termasuk orang-orang yang dicatat, tetapi tidak turut pergi ke kemah--maka kepenuhanlah mereka seperti nabi di tempat perkemahan.“

            Selanjutnya, kita juga harus membuka diri bahwa pemberian Roh Kudus bisa terjadi melalui penumpangan tangan.  Dalam Kis 19:6 disebutkan bahwa “ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.”  Walaupun tidak disebutkan bahwa mereka jatuh rebah, namun peristiwa turunnya Roh Kudus terjadi saat penumpangan tangan.  Dan daam hal ini terbuka juga kemungkinan seseorang itu jatuh rebah, walaupun itu bukanlah gejala yang mutlak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar