Rabu, 04 Juni 2014

Mengenal gerakan Pentakosta (bagian 2): Asal-usul Pentakosta Modern

Oleh: Calvin Dachi, MAIE, MTh.




Pendahuluan
Orang-orang Pentakosta pertama, dalam pengertian modern, dimulai di sekolah Alkitab Bethel milik Charles Fox Parham di Topeka, Kansas, USA  tahun 1901.   Akibat Pentakosta di Topeka ini, Parham merumuskan bahwa bahasa roh adalah  ”bukti alkitabiah” dari baptisan dalam Roh Kudus.   Doktrinnya bahwa bahasa roh merupakan “bukti Alkitab” dari baptisan Roh Kudus akan langsung mendorong kepada kebangunan Azusa Street tahun 1906 dan terciptanya gerakan Pentakosta sedunia.



CHARLES FOX PARHAM

 Charles Fox Parham dilahirkan di Muscatine, Iowa, 4 Juni 1873.  Selama masa muda, ia mengidap penyakit kronis, berada di tempat tidur selama berbulan-bulan pada waktu itu.   Pada waktu itu dia percaya bahwa dia dipanggil untuk pelayanan dan mulai membaca dan mempelajari Alkitab secara luas.  Parham masuk ke sebuah sekolah Metodis, Southwestern College di Winfield, Kansas, pada tahun 1889. Sesaat dia mulai belajar dalam ilmu kedokteran, seketika itu juga diserang oleh penyakit.  Kemudian Parham menerima sebuah pewahyuan yang mengatakan kepadanya bahwa pendidikan formal itu adalah penghalang bagi pelayanannya, sehingga dia segera keluar dari sekolah itu.   Tepat pada saat itu, dia kemudian melaporkan, bahwa Allah dengan ajaib menyembuhkan dia secara sempurna. 
          Parham kemudian menjadi pengkhotbah kekudusan yang independen dan memulai karir sebagai pengajar keliling dan penginjil.  Pada waktunya, dia mendirikan berbagai pelayanan misi kesembuhan ilahi dan pengajaran yang  semuanya beroperasi bermodalkan iman.

Jasa Parham adalah meletakkan dasar-dasar teologis dan pengalaman bagi kebangunan rohani Azusa Street yang kemudian dan praktek Pentakosta modern.
Parham dihormati sebagai orang pertama yang memberikan argumentasi teologis bahwa:
1.  bahasa lidah adalah selalu merupakan bukti awal dari seseorang yangmenerima baptisan Roh Kudus.
2.  mengajar bahwa baptisan ini, termasuk bahasa roh yang dihasilkan, seharusnya dilihat sebagai bagian dari pengalaman setiap orang kristen, digunakan untuk kehidupan normal dan penyembahan, bukan hanya sesuatu yang akan terlihat selama masa-masa kegairahan agama yang besar.
3.     mengajarkan kebutuhan untuk dibaptis dalam Roh Kudus sebagai satu-satu jalan untuk terhindar dari Tribulasi besar pada akhir zaman yang sedang datang
4.     bahwa berbicara dalam bahasa roh adalah satu-satunya jaminannya.

Charles Fox Parham adalah seorang pioneer diberbagai bidang. 
         Menciptakan tiga nama yang secara tradisional diterapkan untuk Pentakostalisme modern termasuk “Pentecostal Movement (Gerakan Pentakosta),” “Latter Rain Meovement (Gerakan Hujan Akhir),” dan “Apostolic Faith Movement,”  yang semuanya muncul dalam judul dari terbitan pertamanya tentang kisah hari Tahun Bari di Topeka, “The Latter Rain: The Story of the Origin of the Original Apostolic Faith or Pentecostal Movements.” 
    Dialah pendiri dari suratkabar Pentakosta pertama dan yang kemudian menjadi model suratkabar Pentakosta ketika ia mulai menerbitkan Apostolic Faith pada 1899.



SEKOLAH ALKITAB TOPEKA KANSAS
 Pada tahun 1898, Parham tinggal Topeka, Kansas, dimana dia mendirikan Bethel Bible School dan Healing Home (Rumah Penyembuhan).   Pada bulan Des 1900, Parham meminta murid-muridnya untuk meneliti Alkitab dan melihat jika mereka dapat melihat satu tanda khusus dari baptisan Roh Kudus.  Sementara dia jauh dari Kansas City untuk khotbah selama tiga hari, murid-muridnya melalui puasa, doa dan pelajaran Alkitab memutuskan dengan suara bulat bahwa berbicara dalam bahasa roh merupakan bukti satu-satunya dan bukti awal yang alkitabiah dari baptisan Roh Kudus.
Ketika Parham kembali, dia mendengar jawaban murid-muridnya atas pertanyaannya. Dia memutuskan melakukan  ibadah malam Tahun Baru yang panjang pada 31 Desember 1900.  Selama ibadah ini, salah seorang dari muridnya, Agnes N. Ozman meminta Parham untuk meletakkan tangannya ke atasnya dan berdoa baginya agar menerima baptisan Roh Kudus dikuti dengan bukti berbicara dengan bahasa-bahasa lain.

Di kemudian hari, Parham mengatakan:
          Saya meletakkan tanganku ke atasnya dan berdoa.  Saya belum selesai berdoa … sebuah kemuliaan turun atasnya, sebuah lingkaran bulan mengelilingi kepala dan wajahnya, dan dia mulai berbicara dalam bahasa Cina dan tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris selama tiga hari.  Ketika dia mencoba menulis dalam bahasa Inggris untuk memberitahukan kepada kami pengalamannya, dia menulis dengan bahasa Cina, yang copinya masih kita miliki dalam surat-surat kabar yang dicetak pada saat itu.
Kemudian diklaim, bahwa murid-muridnya berbicara dalam dua puluh satu bahasa yang dikenal, termasuk Swedia, Rusia, Bulgaria, Jepang, Norwegia, Perancis, Hungaria, Italia, dan Spanyol.   Menurut Parham, tidak seorang pun dari murid-muridnya pernah pelajari salah satu dari bahasa tersebut, dan semua bahasa itu telah dikonfirmasi oleh native speaker sebagai bahasa asli mereka.  
          Memiliki sebuah doktrin dan pengalaman, Parham menutup pekerjaan imannya di Topeka dan mulai mengadakan perjalanan kebangunan rohani yang bertahan lebih dari empat tahun.  Mengalami sedikit kesusksesan pada awalnya, dia meneruskannya bahwakan ketika sebagian besar pengikutnya meninggalkannya.   Akhirnya, di Galena Kansas, api yang telah berusaha ia nyalakan terpegang.   Didorong oleh laporan-laporan mujizat kesembuhan dan mujizat-mujizat lainnya, kebangunan rohani membawa pengikut-pengikut yang baru dan kerumunan orang banyak.
Pada tahun 1905 Parham sekali lagi mendirikan sebuah sekolah Alkitab di Houston, Texas.  Sekolahnya di Houston ini hanya memiliki sekitar 25 murid, salah seorang di antaranya adalah William J. Seymour, yang kemudian ditentukan untuk menghantarkan Kebangunan Rohani Azusa Street.  Parham juga mengeluarkan surat rekomendasi pelayanan untuk Seymour dan banyak lainnya yang kemudian menjadi figur terkemuka dalam Kebangunan Rohani yang sedang datang.


Azusa Street

Pada tahun 1906, Pentakostalisme mendapat perhatian seluruh dunia melalui kebangunan rohani  di Azusa Street di Los Angeles, dipimpin seorang gembala bernama William Joseph Seymour.  Seymour pertama kali belajar mengenai baptisan dalam Roh Kudus dengan bahasa lidah  tahun 1905 di sebuah sekolah Alkitab yang dipimpin oleh Parham di Houston, Texas.




Los Angeles tahun 1906
Pada tahun 1905, gelombang goncangan rohani yang telah melanda Topeka dan Houston mulai terasa di Los Angeles.   Sebelumnya,  pada tahun 1885, di Los Angeles,  anggota-anggota gereja Fort Street Methodist Church (Northern Convention) keturunan Afrika-AMerika memisahkan diri mereka dan mendirikan Second Baptist Church.    Pada tahun 1906, seorang anggota Second Baptist Church, Julia Hutchins, mulai mengajar doktrin kekudusan tentang penyucian/pengudusan sebagai karya anugerah yang terpisah sesudah anugerah keselamatan, sesudah dia mengalami pengalaman dramatis berkat kedua.  Ajarannya diterima dengan semangat oleh mereka yang di dalam jemaat itu mencari sentuhan dari Allah.  Ketika pertumbuhan kelompok kekudusan menjangkau lebih banyak jiwa di jemaat itu, pastornya meminta Sister Hutchinson dan para pengikutnya untuk meninggalkan gereja itu.
                    Kelompok kecil yang terdiri dari sembilan keluarga ini segera mendirikan pelayanan misi kekudusan di Santa Fe Street.  Kemudian mereka bergabung dengan Southern California Holiness City.  Mengikuti prasangka-prasangka zaman itu mereka percaya bahwa seorang lelaki dibutuhkan menjadi pastor permanen.  Atas usul dari Neely Terry, sebuah undangan dikirim kepada Penatua Wiliam J. Seymour, yang telah dijumpai perempuan itu pada saat mengunjungi wilayah Houston.


WILLIAM JOSEPH SEYMOUR


Lahir di Lousiana, putra dari budak-budak sebelumnya, Seymour adalah seorang yang pendek, seorang pria Afrika-Amerika yang gemuk pendek yang salah satu matanya buta dan dianugerahi dengan roh yang penurut dan rendah hati.  Pada permulaan masa dewasanya, dia pindah ke Indianapolis dimana di bergabung dengan gereja local Metodis.  Kemudian dia masuk  ke dalam Church of God (Anderson, Ind.), dimana dia pada akhirnya menerima pentahbisan untuk pelayanan.  Selama beberapa tahun Seymour  berkhotbah di beberapa gereja dari denominasi itu. 
          Seymour menerima undangan dari Pastor Hutchinson sebagai “panggilan ilahi” untuk pergi ke Los Angeles.  Dia baru saja dibuat menyala-nyala oleh ajaran Parham mengenai bukti bahasa roh yang dia terima selama pengalaman pendidikan singkatnya di sekolah Houston Bible milik Parham.   Dengan asumsi, dari perkenalan singkatnya dengan Miss Terry, bahwa orang di Los Angeles sangat berhasrat menantikan pesan ini, Seymour mulai perjalanannya dengan dukungan dana dan berkat Parham untuk menyebarkan pesan itu, walaupun dia sendiri masih belum menerima baptisan Roh Kudus.
Di Los Angeles, untuk khotbah Minggu pertamanya Seymour memilih Kisah 2:4 dan dengan berani berkhotbah bahwa kecuali seseorang berbahasa roh, mereka belum mengalami baptisan yang sebenarnya dari Roh Kudus.  Khotbah ini menjadi pemicu masalah antara Seymour dengan Hutchinson.  Berdasarkan  ajaran yang diterimanya dalam gerakan kekudusan, Sister Hutchinson dan yang lainnya di Santa Fe Mission percaya bahwa yang dimaksud baptisan Roh Kudus adalah penyucian/pengudusan seketika oleh Roh Kudus.  Akibatnya, ajaran tentang bahasa roh sangat mengganggu Sister Hutchinson sehingga ketika Seymour kembali  pada ibadah sore dia melihat pintu-pintu gereja terkunci, dan dia tidak diterima lagi untuk melayani.


         

Ibadah di Bonnie Brea Street

Tidak diijinkan masuk gereja dan hampir tidak punya uang,  Seymour mulai mengajar mereka yang mengikuti dia di rumah Owen “Irish” Lee, dimana dia pertama kali tinggal.  Lee adalah seorang anggota Amerika-Irlandia dari salah satu Peniel holiness missions.  
Ketika rumah Lee tidak cukup lagi untuk menampung pertemuan-pertemuan ibadah, Seymour mendapat undangan dari kerabat Neely Terry bernama Richard dan Ruth Asberry untuk memulai pertemuan-pertemuan doa dan ibadah/penyembahan di rumah mereka di 214 North Bonnie Brae Street.  Pada saat mereka mengundang Seymour di rumah mereka,  Asberry adalah orang Baptis.  Pada saat itu mereka secara pribadi tidak menerima ajaran-ajaran Seymour, tetapi mereka telah mendengar apa yang terjadi dan merasa sedih dengan pengkhotbah terlantar itu.
Pada awalnya, pertemuan-pertemuan d rumah Asberry ini dihadiri terutama oleh “tukang cuci perempuan negro,” dan sejumlah kecil dari suami mereka.  Seymour masih memiliki satu halangan utama untuk pesannya: dia sendiri belum menerima baptisan dengan Roh Kudus, belum berbicara dalam bahasa roh, dan dia mengalami kesukaran untuk memimpin yang lainnya mengalami hal tersebut.
Berita tentang pertemuan itu segera mulai tersebar walaupun kekurang terobosan baru (breakthrough).  Keluarga Lee membiarkan anggota-anggota lain dari Peniel Mission untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan itu.   Pada akhir Maret 1906, sejumlah orang-orang kulit putih bergabung dengan kelompok kecil orang Afrika-Amerika di Bonnie Brae Street dan secara aktif mencari baptisan Roh Kudus dengan bukti berbicara dengan bahasa lain.
Tetapi walaupun  jumlah terus bertambah, mereka belum mendapatkan baptisan Roh Kudus dengan bukti berbicara dalam bahasa lain.  Seymour menceritakan kepada Parham mengenai situasi di Los Angeles dan meminta bantuan.  Di akhir Maret 1906, Sebagai jawaban atas permohonan Seymour, Parham mengutus April Lucy Farrow dan J.A. Warren dari Houston untuk membantu Seymour.  Walaupun Warren adalah seorang pekerja yang tidak mengenal lelah, dia sendiri masih belum menerima baptisan Roh Kudus, tetapi sister Farrow telah dibaptis Roh Kudus dan  dia mengobarkan pertemuan-pertemuan itu dengan kesaksian-kesaksiannya.

·        Pada tanggal 9 April, 1906, Owen Lee mendiskusikan masalah-masalah rohani dengan Seymour, menghubungkan penglihatan yang dia telah dapat malam sebelumnya dimana dua belas rasul datang kepadanya menjelaskan bagaimana berbicara dalam bahasa roh.  Lee kemudian meminta Seymour berdoa untuk dirinya supaya menerima baptisan dengan Roh Kudus.  Mereka berdoa bersama, dan Lee mulai berbicara dalam bahasa yang lain saat dia menerima baptisan itu.  Ini adalah peristiwa pertama dari orang yang menerima baptisan Roh Kudus ketika Penatua Seymour berdoa untuk mereka.
·        Dalam pertemuan ibadah di rumah Asberry, Seymour menghubungkan apa yang baru terjadi dengan Lee.  Berita ini menyebabkan iman dari umat tersebut naik lebih tinggi dari sebelumnya.  Lalu dalam ibadah itu,  tiba-tiba, “Seymour dan tujuh orang lainnya jatuh ke lantai dalam luapan kegembiraan yang religius, berbicara dengan bahasa yang lain.”  Ketika ini terjadi, putri Asberry yang masih muda, Willella, lari keluar rumah, ketakutan.  Kegegeran dan ketakutannya dengan cepat menyebarkan berita tentang apa yang sedang terjadi di dalam rumah tersebut.
·        Ketika orang dari tetangganya berkumpul di luar rumah untuk melihat apa yang terjadi, para peserta pertemuan doa pergi keluar ke serambi rumah, dan mulai memberitakan pesan Pentakosta. 


          Salah seorang dari ke tujuh orang yang menerima baptisan sore itu adalah Jennie Moore, yang suatu hari nanti menjadi istri Seymour.  Dia mulai memainkan musik yang indah dengan piano biasa yang sudah tua, dan bernyanyi dalam apa yang dikatakan orang sebagai bahasa Ibrani.  Padahal sebelumnya, dia tidak pernah memainkan piano, dan walaupun dia tidak pernah belajar piano, dia mampu memainkan alat musik itu hingga akhir hidupnya. 

Fenomena bahasa lidah dan pesan yang dinamis sangat menggairahkan hingga malam berikutnya bahkan kerumunan orang yang lebih banyak berkumpul di jalan di depan rumah untuk mendengar Seymour berkhotbah dari mimbar  di serambi depan.
Dunia sekuler rupanya tidak memberi perhatian selama Sembilan hari, atau sedikitnya tidak ada rekaman atas hal itu., hingga surat kabar pertama melaporkan tanggal 18 April 1906.  Diperkuat oleh kesaksian-kesaksian sesudah kejadian 9 April, pertemuan-pertemuan ibadah di rumah jalan Bonnie Brae sungguh-sungguh berlangsung dua puluh empat jam setiap hari selama paling sedikit tiga hari.  Orang melaporkan kejatuhan di bawah kuasa Allah dan menerima baptisan Roh Kudus dengan bukti berbahasa roh saat mendengarkan khotbah Seymour dari seberang jalan.
          Orang banyak bertambah sangat besar sehingga tidak mungkin mendekati rumah itu, dan tekanan dari orang yang berusaha masuk ke rumah menjadi begitu besar sehingga fondasinya rusak, menggeser serambi depan rumah rubuh ke halaman depan. Namun tidak seorang pun yang terluka.  Dalam seminggu perlu mencari lokasi yang lebih besar untuk kelangsungan doa, pujian dan ibadah yang meledak pada 9 April 1906.


Azusa Street Mission
 Penyelidikan kilat di daerah tersebut  membawa Seymopur kepada ruko dua tingkat di daerah yang dulunya adalah bagian dari wilayah ghetto Afrika-Amerika.  Gedung ini mula-mula merupakan tempat Gereja Stevens African Methodist Episcopal, tetapi gereja itu telah pindah mengikuti perpindahan jemaatnya jauh di bagian selatan kota yang lokasinya lebih baik, mengubah namanya mejadi First African Methodist Episcopal Church.  Ini adalah gedung yang kecil, empat persegi panjang, dengan atap rata, sekitar 2400 feet kwadrat (40 x 60) dengan sisi dari papan telah putih karena cuaca.  Satu-satunya tanda bahwa gedung itu pernah menjadi rumah Tuhan adalah sebuah jendela bergaya gothic di atas pintu masuk utama.
          Tahun 1906 gedung itu keadaannya sudah tua dan rusak.  Pintu-pintu dan jendela-jendela telah rusak, dan seluruh gedung telah diisi dengan puing-puing.  Namun seorang gembala dari gereja Full Gospel, menyewa dua laki-laki dari pegawainya, dan membayar mereka secara pribadi, untuk mengganti jendela-jendela dan pintu-pintu gedung itu.  Pemilik dari perusahaan konsrtuksi itu, J.V. Mcneil, yang adalah orang Katolik yang taat, menyumbangkan kayu dan kebutuhan lainnya. 
          laporan berita  sekuler pertama tentang kebangunan itu muncul pada 18 April 1906.  Los Angeles Daily Times mengirim seorang reporter untuk ibadah malam tanggal 17 April, dan dia menyimpan laporan yang sangat kritis tentang pertemuan itu maupun tentang orang yang menghadirinya.  Arah baru yang dramatis dari doktrin dan praktek kekudusan yang menjadi gerakan Pentakosta meledak di tempat sekuler ketika surat kabar itu melaporkan bahwa sebuah “weird babble of tongues” dari bagian kota yang lebih miskin.  Penulis menandai opininya tentang ibadah itu dan berkata:
Pertemuan-pertemuan itu diadakan dalam gubuk yang mau roboh di Azusa street, dekat San Pedro Street, mengkhotbahkan teori yang paling liar, dan mengusahakan diri mereka sendiri ke dalam suatu keadaan yang kegembiraan yang gila dalam semangat mereka yang aneh.  Orang-orang kulit berwarna dan beberapa orang kulit putih membentuk jemaat itu, malam dibuat seram di sekelilingnya oleh raungan para penyembah, yang selama berjam-jam mengayun ke depan dan ke beakang dalam sebuah sikap doa dan permohonan yang menyakiti syaraf.  Mereka mengklaim memiliki “karunia bahasa roh” dan dapat mengerti celoteh-celoteh itu.

Walaupun pemberitaan pers mula-mula tentang kebangunan Rohani Azusa Street seluruhnya negatif, hal itu justru menjadi iklan bebas yang menyebarkan kata pencurahan dimana-mana.  Begitu cepatnya berita itu tersebar sehingga pada akhir 1906, traktat-traktat dan artikel-artikel telah diterbitkan dan diedarkan jauh sekali sampai ke London. 
Karena orang yang hadir dalam pertemuan-pertemuan doa di rumah Asberry dan kemudian di Azusa Street Mision berasal dari berbagai gereja, maka kejadian ini tersebar luas dengan cepat di tengah-tengah orang beragama di Los Angeles.  
·        Pada hari minggu pertama sesudah ia dibaptis dengan Roh Kudus (Minggu Paskah 1906), Jennie Moore pulang ke gereja asalnya, First New Testament Church Malik Pastro Smale, dimana dia berdiri sesudah khotbah dan berbicara dalam bahasa roh.  Hal ini tidak diterima dengan baik, dan dia segera pindah keanggotaan ke Azusa Street Mission. 
·        Belakangan, segera sesudah pertemuan pindah ke Azusa Street, Jennie Moore dan Ruth Asberry pergi ke Peniel Mission di mana Jennie berbicara dalam bahasa roh sebagaimana Ruth jelaskan, “Inilah yang dinubuatkan oleh nabi Yoel.”  Seluruh anggota jemaat mengikuti mereka ke Azusa Street Mission. 
·        Kebanyakan gereja-gereja, pelayanan-pelayanan misi, kemah-kemah pertemuan ibadah di daerah tersebut dipengaruhi dengan cepat.  Beberapa kehilangan sangat banyak anggotanya karena pindah ke Azusa Street Mission dan akhirnya menggabungkan diri dengan kebangunan rohani itu.

Akibatnya, berbagai reaksi penolakan terhadap gerakan ini juga bermunculan.   Banyak pelayan-pelayan yang memperingatkan jemaatnya untuk menjauhkan diri dari Azusa Street Mission.  Beberapa meminta polisi untuk menutup pertemuan-pertemuan tersebut.  Dua pemimpin gereja kekudusan yang terkenal bereaksi atas kebangunan rohani ini.   Pastor Smale yang pada awalnya mendukung kebangunan rohani ini, kemudian menolak Azusa Street Mission dan menutup pintu gerejanya bagi bahasa roh.  Demikian juga  Phineas Breese dengan sangat keras menentang “gerakan bahasa roh” itu.  Sebagian besar lembaga aliran kekudusan menentang dengan keras gerakan kebangunan rohani ini.

          Satu hal yang menarik dalam gerakan ini, orang dari berbagai tipe—berpendidikan, tidak berpendidikan, kaya, miskin, orang Afrika-AMerika, orang Asia, Hispanic, orang kulit putih, laki-laki, perempuan, penduduk asli, para imigran dan pendatang asing—berdoa, bernyanyi, dan datang ke altar bersama-sama.  Photo-photo masa awal gerakan inin memperlihatkan bahwa orang Afrika-Amerika, orang kulit putih, laki-laki dan perempuan, semuanya memainkan peranan kepemimpinan.


REFLEKSI SOSIO-TEOLOGIS
Sangat menarik untuk memperhatikan fenomena sosial yang terjadi dalam gerakan Pentakosta Modern.  Beberapa catatan penting perlu digarisbawahi dalam tulisan ini antara lain adalah sebagai berikut:
1.  Gerakan Pentakosta modern pada awalnya bukanlah dimulai dari gereja, tetapi dari sebuah sekolah Alkitab di Kansas, Amerika Serikat.  Acuan tentang Sekolah Alkitab ini sekaligus juga mengingatkan kita bahwa Pentakosta modern, walaupun dimulai dari gerakan akar rumput, namun mereka adalah orang-orang yang terdidik dengan baik dalam pengetahuan Alkitab.  
2.  Gerakan pentakosta modern secara mengejutkan sudah terlebih dahulu mematahkan kekuatan rasialisme yang saat itu sangat kuat di Amerika Serikat.  Secara menakjubkan, seorang kulit hitam seperti William Seymour dapat menjadi pemimpin atas orang-orang kulit putih.  Dengan demikian, gerakan Pentakosta modern ini telah mengantisipasi perjuangan Martin Luther King dan bukan tidak mungkin pentakosta modern menginspirasi Martin Luther King dalam memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam di Amerika Serikat.
3.  Pentakosta modern juga sudah mendahului perjuangan kesetaraan gender modern dimana dalam gerakan Pentakosta modern, muncul pemimpin-pemimpin perempuan yang pada zaman itu merupakan fenomena sosial yang tidak lazim






Selasa, 03 Juni 2014

Mengenal gerakan Pentakosta (bagian 1): Pentakosta atau Kharismatik?




Oleh: Calvin Dachi, MAIE, MTh.





1.  PENDAHULUAN
Salah satu gerakan penting dalam kekristenan di abad ke 20 adalah munculnya gerakan Pentakosta.  Seringkali orang juga menyebut gerakan ini dengan istilah kharismatik.  Tidak jarang istilah pentakosta dengan kharismatik menimbulkan kebingungan di kalangan umat kristiani pada umumnya.  Sebagian pengikut gerakan pentakosta lebih suka menyebut diri mereka sebagai gereja Pentakosta dari pada kharismatik.  Sementara di kalangan protestan dan katolik, istilah kharismati jauh lebih disukai dalam menyebutkan gerakan pentakosta ini.
          Untuk tidak menimbulkan kebingungan dalam penggunaan istilah pentakosta dan kharismatik, dalam tulisan ini penulis akan menjabarkan sekilas tentang gerakan Pentakosta ini dan beberapa perbedaan mendasar teologi pentakosta dengan protestantisme tradisional.


2.  TIGA GELOMBANG PENTAKOSTALISME

          David Barret, seorang peneliti Kristen dan co-editor dari World Christian Encyclopedia menyatakan bahwa gerakan Pentakosta ini dapat dibagi dalam tiga gelombang, yaitu sebagai berikut[1]:

Gelombang Pertama: Pentakosta Klasik
Gelombang pertama dari misionaris perintis Pentakosta menghasilkan apa yang dikenal sebagai gerkan Pentakosta klasik, dengan lebih dari empat belas ribu denominasi Pentakosta di seluruh dunia.  Fase ini diikuti oleh usaha-usaha mengorganisasikan denominasi Pentakosta yang menghasilkan misi-misi yang bertumbuh cepat dan gereja-gereja pribumi.  Beberapa dari pertumbuhan yang paling besar datang dari usaha yang dilakukan di tengah-tengah orang Hispanic di US dan Amerika Latin.   Beberapa pertumbuhan yang paling besar juga terjadi di tengah-tengah orang Amerika kulit hitam maupun di negara-negara Afrika.
Pada gelombang ini orang-orang Pentakosta mengalami penolakan, pengusiran, pemisahan diri, denominasi baru.
Yang termasuk dengan Pentakosta klasik adalah orang-orang Pentakosta yang merupakan anggota dari denominasi Pentakosta atau gerakan Pentakosta.   Denominasi-denominasi Pentakosta memegang ajaran bahwa semua orang Kriste harus mencari pengalaman rohani sesudah pertobatan yang disebut dengan Baptisan Roh Kudus, dan bahwa orang percaya yang dibaptis Roh Kudus dapat menerima satu atau lebih karunia-karunia roh yang dikenal pada gereja mula-mula: penyucian seketika, berbicara dalam bahasa roh (glossolalia), atau menafsirkan bahasa roh, bernyanyi dalam bahasa roh, menari dalam roh, berdoa dengan tangan terangkat, mimpi, penglihatan/visi, membedakan roh, kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, mujizat, mengusir roh jahat, kelepasan, tanda-tanda heran.  Denominasi-denominasi Pentakosta memproklamasikan sebuah injil yang “sepenuh” atau “empat tema” atau “lima tema” injil, yaitu: Kristus penyelamat, Pengudus, Pembaptis dengan Roh Kudus, Penyembuh dan Raja yang akan Datang kembali.

Gelombang Kedua: Kharismatik
Mengalami perselisihan, toleransi, jemaat yang dibaharui, tetap di gereja-gereja utama.
Ini adalah orang-orang Kristen yang berafiliasi dengan denominasi non-Pentakosta (Anglikan, Protestan, Katolik, Ortodoks) yang menerima pengalaman seperti disebut di atas. 
          Fase ini adalah penetrasi (perembesan) Pentakostalisme di gereja-gereja arus utama Protestn dan gereja-gereja Katolis sebagai gerakan “pembaharuan kharismatik” dengan tujuan membaharui gereja-gereja yang historis ini.  Selayaknya juga diakui bahwa “gelombang-gelombang” yang lebih baru ini juga mulai dari United States.  Mereka mencakup gerekan Neo-Pentakosta Protestan yang dimulai tahun 1960 di Van Nuys, California, di bawah pelayanan Dennis Bennet, Raktor dari gereja St. Mark’s Episcopal (Anglican).  Dalam sati dekade, gerakan ini telah menyebar ke seluruh 150 golongan utama Protestan di dunia, menjangkau total 55 juta orang pada tahun 1990. 
          Pemimpin-pemimpin Protestan arus utama termasuk: Tommy Tyson dan Ross Whetstone (Metodis); Brick Bradford, Rodman Williams, dan Brad Long (Presbyterian); Pat Robertson, Howard Conatser, Ken Pagard, dan Gary Clark (Baptist); Everett Terry Fulam dan Charles Fulton (Episcopal); Gerald Derstine dan Nelson Litwiller (Mennonite); dan Vernon Stoop (United Church of Christ). 
          Gerakan pembaharuan kharismatik Katolik dimulai di Pittsburg tahun 1967 di tengah murid-murid dan dosen di Duquesne University.  Sesudah tersebar dengan cepat di antara murid-murid  di Noter Dame dan di University of Michigan, gerakan ini tersebar ke seluruh dunia.
          Pemimpin-pemimpin awalnya dalah Kevin Ranaghan, Ralph Martin, Steve Clark, dan Nancy Kellar.  Kepemimpinan teologis yang hati-hati diberikan oleh Kilian McDonnell dan Leon Joseph Cardinal Suenens.
          Dalam 32 tahun sejak kelahirannya, gerakan Katolik tidak hanya mendapat izin dari gereja tetapi juga menjamah kehidupan lebih dari 100 juta orang Katolik di 120 negara.

Gelombang Ketiga: Neo Kharismatik
          Gelombang paling baru ini adalah yang disebut  “gelombang ketiga” dari Roh Kudus.  Asalnya adalah dari Fuller Theological Seminary pada tahun 1981 di bawah pelayanan ruang kelas dari John Wimber, pendiri dari Association of Vineyard Churches.  “Gelombang” ini terdiri atas kelompok utama evangelical yang mengalami tanda-tanda dan mujizat tetapi juga meremehkan label-label seperti “Pentakosta” atau “Kharismatik.”Vineyard adalah gerakan yang paling terlihat  dari kategori ini.  Tahun 2000, orang-orang dari gelombang ketiga ini, juga disebut dengan “neo-kharismatik” memiliki sekitar 295 juta anggota di seluruh dunia.
Dicirikan dengan: Kuasa Penginjilan (Power Evangelism), struktur baru, networking, Megachurch.
          Anggota-anggota dari gelombang ketiga terdiri dari orang-orang Injili dan Kristen lainnya yang tidak dihubungkan dengan Penkaosta atau pembaharuan Kharismatik, tetapi telah dipenuhi roh dan mengalami pelayanan Roh dan mujizat (walaupun tidak mengakui baptisan Roh Kudus terpisah dari pertobatan), yang menjalankan karunia roh, menekankan tanda-tanda dan mujizat, yang meninggalkan gereja mereka yang non Pentakosta tetapi juga tidak mengidentifikasi diri sebagai Pentakosta atau kharismatik. 


3.  TEMA-TEMA TEOLOGIS GERAKAN PENTAKOSTA
Gerakan Pentakosta pada umumnya dimengerti dengan cirinya yang khas, yaitu glosolalia atau “bahasa roh”.  Seorang ahli bernama David W. Faupel[2] membagi gereja dan gerakan Pentakosta ke dalam tiga kelompok berdasarkan perbedaan tema teologisnya:

1.  Mereka yang mengajarkan doktrin penyucian dalam tradisi Kekudusan Wesleyan.  Pentakosta golongan ini mengajarkan “tiga karya anugerah”
pertama, pertobatan
kedua, pengalaman “penyucian/pengudusan menyeluruh”
ketiga, Baptisan dalam Roh Kudus yang memberdayakan orang percaya untuk bersaksi dan melayani dengan bukti berbahasa roh.

2. Orang Pentakosta yang mengurangi pola diatas menjadi “dua karya Anugerah” dengan meleburkan dua hal yang pertama menjadi satu “finished work” (Karya tuntas Kristus di Kalvari) yang ditambah dengan proses penyucian secara perlahan-lahan.  Orang Pentakosta yang memakai pola ini memusatkan diri pada pertobatan dan kemudian baptisan dalam Roh Kudus.

3. Orang Pentakosta yang memegang pandangan “keesaan” atau “Jesus Only” dari ketuhanan.  Golongan ini memproklamirkan unitarianisme Injili dari pribadi kedua Tritunggal.


Pada tahun 1948, Pentecostal Fellowship of North America menyatakan:
          “Kami percaya bahwa Injil yang penuh (full gospel) meliput kesucian hati dan hidup, kesembuhan jasmani dan baptisan dalam Roh Kudus dengan bukti pertama berbicara dalam bahasa roh sebagaimana Roh Kudus berikan untuk diucapkan.”[3]
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa istilah Full Gospel digunakan secara khusus dalam Pentakostalisme dan menggambarkan sebuah kumpulan tema-tema yang muncul dalam Pernyataan Pentecostal Fellowship of North America (PFNA).  Tema-tema diucapkan sebagai berikut dalam pernyataan awal PFNA:

“Selama Reformasi Allah memakai Martin Luther dan yang lainnya untuk memulihkan doktrin pembenaran oleh iman. Rom 5:1.  Kemudian Tuhan menggunakan Wesley bersaudara dan lainnya dalam gerakan besar Kekudusan/kesucian untuk memulihkan injil penyucian oleh iman. Kis 26:18.  Selanjutnya, Dia masih menggunakan orang lain untuk memulihkan injil dari kesembuhan ilahi oleh iman (Yak 5:14,15), dan Injil tentang kedatangan Yesus kedua kalinya. Kis 1:11.  Sekarang Tuhan menggunakan banyak saksi dalam gerakan Pentakosta yang besar untuk memulihkan baptisan dengan Roh Kudus dan api (Luk 3:16; kis 1:5) dengan tanda-tanda yang mengikuti. Mark 16:17, 18; Kis 2:4; 10:44-46; 19:6; 1:1-28:31.  Syukur pada Tuhan, kita sekarang memiliki pengkhotbah-pengkhotbah dari keseluruhan Injil.”[4]

Dari kutipan di atas, kita mendapatkan lima tema yang termasuk dalam “Injil Sepenuh—tiga karya anugerah ditambah dua lagi ‘kesembuhan ilahi oleh iman’ dan kedatangan Yesus kedua kali.”  Semua tema-tema ini berulangkali muncul di dalam keseluruhan tradisi Pentakosta.
5 TEMA UTAMA PENTAKOSTA:
1. Pembenaran oleh iman
2. Pengudusan sebagai berkat yang kedua, pasti, karya anugerah yang sempurna
3. Baptisan dalam Roh Kudus dengan bukti berbahasa roh
4. Kesembuhan ilahi sebagaimana tercakup dalam pendamaian.
5. Premillenial kedatangan Kristus kedua kali.

4.  HERMENEUTIKA PENTAKOSTA
Dalam Pentakostalisme, keselamatan dan pembenaran dihubungkan bersama dengan Baptisan dalam Roh Kudus.  Berbeda dengan Protestantisme yang cenderung membaca Perjanjian Baru melalui sudut pandang Paulus, hermeneutika Pentakostalisme cenderung membaca Perjanjian Baru melalui sudut pandang Lukas, terutama dengan lensa yang disediakan oleh Kisah Para Rasul.  
Hermeneutik Protestantisme

Hermeneutik Pentakostalisme

         cenderung membaca Perjanjian Baru melalui sudut pandang Paulus

          Surat-surat Paulus bersifat pengajaran

         Membaca Perjanjian Baru melalui sudut pandang Lukas, terutama dengan lensa yang disediakan oleh Kisah Para Rasul.
         Lukas dan Kisah bersifat naratif/cerita
         Muncul Pola Baru: Apa yang dialami dalam Kisah Para Rasul, harus ditiru (harus dialami) setiap orang percaya (Disebut Subjectiving Hermeneutics)



Perubahan dari teks Paulus kepada teks lukas adalah pergantian genre literatur dari yang bersifat pengajaran kepada bahan-bahan yang bersifat naratif/cerita.   Teks-teks naratif terkenal sulit diinterpretasikan secara teologis.  Orang-orang Pentakosta membaca cerita-cerita Pentakosta di dalam Kisah Para Rasul dan menuntut bahwa pola umum penerimaan Roh Kudus di gereja mula-mula harus ditiru dalam hidup setiap orang percaya. 
          Untuk membuat klaim ini, Pentakostalism berdiri dalam tradisi yang disebut “subjectivizing hermeneutic.”  Claude Welch menunjukkan bahwa bagian dari pengalaman subjektif kaum Pietism yang mendesak agar “drama Penciptaan, Kejatuhan dan Penebusan diberlakukan lagi dalam setiap kehidupan orang” kemudian diterapkan dalam gerakan Pentakosta modern.  Begitu juga pendekatan teologi Pietisme bahwa “Kelahiran Kristus yang sejati adalah kelahiranNya di dalam hati, kematianNya yang sebenarnya adalah kematian di dalam kita, kebangkitaNya yang sebenarnya adalah dalam kemenangan iman kita” juga diterapkan dalam Pentakosta modern.  Salah satu pendahulu Pentakosta “higher life” di abad ke sembialn belas  menggunakan pendekatan yang mirip dengan itu untuk Alkitab dalam menerapkan elemen-elemen dari sejarah keselamatan di PL untuk ibadah.  Peristiwa keluar dari Mesir, pengembaraan di padang gurun dan menyeberangi sungai Yordan ke tanah perjanjian semua menjadi jenjang/tahap dalam pola normative perjalanan rohani dari pertobatan ke dalam “berkat kedua.”
Demikianlah, “Gerakan Pentakosta adalah sebuah kelompok di dalam gereja Kristen yang dicirikan dengan kepercayaan bahwa apa yang terjadi sebagaimana disebut dalam Kisah 2 pada Hari Pentakosta tidak hanya menandakan kelahiran gereja, tetapi juga menggambarkan sebuah pengalaman yang tersedia untuk orang-orang percaya di segala abad.  Pengalaman mengenakan kuasa, disebut “Baptisan dalam Roh Kudus,” dipercaya dibuktikan oleh tanda yang menyertai berupa “berbicara dalam bahasa-bahasa lain sebagaimana roh memberikannya untuk diucapkan.”
          Uraian di atas juga memperlihatkan pentingnya pengalaman dalam teologi Pentakosta modern:
         Pentakosta menegaskan bahwa pelayanan Yesus di bidang mujizat kesembuhan juga dialami di zaman kita karena mujizat-mujizat adalah pengalaman gereja mula-mula sebagaimana dilaporkan dalam Kisah Rasul.
         Mujizat-mujizat kesembuhan ini bukan hanya bagian dari keselamatan atau bantuan untuk kemanusiaan dalam Injil, tetapi ini adalah jaminan ulang bagi orang percaya dan kesaksian bagi orang tidak percaya.


5.  PENUTUP BAGIAN 1
          Uraian singkat di atas memperlihatkan bahwa gerakan pentakosta modern tidak dapat dipisahkan dari ajaran tokoh-tokoh reformasi.  Tema teologis “pembenaran oleh iman” sudah pasti diterima sebagai warisan dari teologi reformasi.  Sedangkan kekudusan hidup/pengudusan dapat ditelusuri kembali akarnya pada teologi pietism dan Methodism Wesley.  Namun Pentakostalisme modern mengaitkan kedua tema ini secara khas dengan baptisan Roh Kudus sebagaimana dirumuskan oleh pendiri Pentakosta modern Charles Parham (lihat bagian 2). 
          Tekanan pada pengalaman dalam hermenetika pentakosta modern perlu dipahami secara hati-hati.  Pengalaman yang dimaksud dalam pentakosta modern tidak boleh disamakan dengan konsep pengalaman dalam teologi liberal.  Konsep pengalaman dalam pentakostalisme modern lebih menekankan pengalaman secara vertikal dengan Tuhan yang dibuktikan lewat baptisan roh dan mujizat-mujizat.  Pengalaman yang vertical ini menjadi penentu bagi keberadaan manusia dan hubungan-hubungan vertical lainnya.  Sementara konsep pengalaman dalam teologi liberal lebih menekankan pada pengalaman horizontal (hubungan dengan sesame) sebagai penentu dan representasi dari hubungan dan perjumpaan dengan Allah.


Daftar Pustaka
Talumewo, Steven H., Sejarah Gerakan Pentakosta. Yogyakarta: Andi, 2008

Samuel, Wilfred J., Kristen Kharismatik: Refleksi atas Berbagai Kecenderungan Pasca-Kharismatik.  Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007

Maris, Hans, Gerakan Kharismatik dan Gereja Kita.  Surabaya: Momentum, 2009.

Berkhof, H., Sejarah Gereja,disadur oleh I.H. Enklaar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995

Dayton, Donald W., Theological Roots of Pentecostalism, New Jersey: Hendrickson Publisher, Inc., 1996

Valdez, A.C dan James F. Scheer, Api di Jalan Azusa, diterj oleh Naomi Marisca E. Manalu, Bandung: Revval Publishing House, 2003.

Synan, Vinson, The Century of the Holy Spirit: 100 Years of Pentecostal and Charismatic Renewal, Nashville: Thomas Nelson Publishers, 2001.






[1] Vinson Synan, The Century of the Holy Spirit: 100 Years of Pentecostal and Charismatic Renewal( Nashville: Thomas Nelson Publishers, 2001), hal. 395-396

[2] Dayton, Donald W., Theological Roots of Pentecostalism (New Jersey: Hendrickson Publisher, Inc., 1996) hal. 18.

[3] Ibid. hal 18.
[4] Ibid. 19-20