Kamis, 29 Januari 2015

MENINJAU ULANG DASAR PEMILIHAN ALLAH:

ANTARA KEDAULATAN DAN KEMAHATAHUAN ALLAH

Oleh: Calvin Dachi

1.  PENDAHULUAN  
Salah satu perdebatan klasik di antara gereja-gereja hasil reformasi adalah tema di seputar predestinasi  (bahasa latin prae-destinatio,  penentuan sebelumnya).  Calvin sendiri mendefinisikan predestinasi sebagai “keputusan Allah yang kekal yang dengannya Ia menetapkan untuk diriNya sendiri, apa yang menurut kehendakNya akan terjadi atas setiap orang” (Inst. III, xxi, 5).  Dalam ajaran tentang predestinasi dijelaskan bahwa orang percaya hanya diselamatkan karena mereka dipilih oleh Allah untuk diberi keselamatan.  Sementara itu dibicarakan juga … bahwa ada orang yang ditolak oleh Allah sehingga mereka tidak diselamatkan.  Jadi predestinasi Calvin mencakup pemilihan (election) maupun penolakan (reprobation).  “Sebab tidak semua orang diciptakan dalam keadaan yang sama; tetapi untuk yang satu ditentukan kehidupan kekal, untuk yang lain hukuman abadi.” (ibid.).[1] 
          Dalam sejarah, kemudian muncul tokoh lain yang bernama Arminius, seorang pendeta gereja Calvinis Belanda yang kemudian menolak doktrin predestinasi versi Calvinism.  Dua aliran besar muncul di sini, yaitu Calvinism dan Arminianism.  Kedua aliran teologi ini sama-sama mengakui adanya penetapan Allah yang memilih orang-orang untuk diselamatkan sebelum dunia dijadikan.    Hal yang membedakan keduanya adalah apakah ketetapan Allah untuk memilih itu berlandaskan semata-mata pada kehendak Allah yang mutlak berdaulat (Calvinisme)  atau juga berlandaskan pada pengetahuanNya sebelumnya mengenai jasa dan iman dalam diri orang yang terpilih (Arminianisme)[2].  Dalam hal ini perlu disadari bahwa Arminianisme tidak menolak kedaulatan Allah, tetapi menyatakan bahwa kedaulatan Allah untuk memilih justru disebabkan oleh pengenalanNya atas orang-orang pilihan.
         
2.  DUA PANDANGAN KLASIK
Untuk mendapat pemahamaan yang lebih baik, berikut penulis membuat deskripsi singkat tentang dua pandangan klasik teologi di seputar permasalahan ini.

A.  Arminianism
Pada abad ke 17, Arminius menentang ajaran Calvin. Para pengikutnya merumuskan Lima Pokok Arminianism (Sinergism)

a. Kehendak Bebas (Free Will)
Sekalipun manusia dipengaruhi secara serius oleh kejatuhan dalam dosa, itu tidak menghilangkan kemampuan rohani manusia secara total.  Masing-masing manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih yang baik atas yang jahat dalam perkara rohani.
b. Pemilihan bersyarat
Pilihan Allah atas pribadi-pribadi tertentu yang diselamatkan adalah terjadi sebelum dunia diciptakan, didasarkan pada pengetahuanNya sebelum respon mereka kepada panggilanNya nanti.  Ia memilih hanya mereka yang Ia tahu akan berespon kepada Injil.
c. Penebusan tidak terbatas
karya penebusan Kristus memungkinkan setiap orang diselamatkan, tetapi tidak menjadi jaminan secara aktual mengenai keselamatan setiap orang.  Sekalipun Kristus mati untuk semua orang dan untuk setiap orang, namun hanya mereka yang percaya kepadaNya akan diselamatkan.
d. Roh Kudus dapat ditolak secara efektif
Roh Kudus memanggil semua orang yang dipanggil oleh undangan Injil. Roh Kudus dapat membawa orang kepada keselamatan.  Tetapi manusia dapat menolak panggilan Roh Kudus. Roh Kudus tidak dapat membuat seseorang lahir baru sampai orang berdosa itu akhirnya percaya. 
e. Murtad
Keselamatan bisa hilang melalui kejatuhan (murtad) karena tidak memelihara iman dan hidup
saleh. 


B.  TULIP versi Calvinisme
Untuk menjawab Arminianisme,  para pengikut merumuskan penolakan mereka atas arminianism dengan pengakuan iman yang tediri dari lima pokok utama  yang secara ringkas disingkat dengan akronim TULIP, yaitu Total Depravity (Ketidakmampuan atau kerusakan total), Unconditional Election (Pemilihan tidak bersyarat), Limited Atonement (Penebusan terbatas), Irresistible Grace or Effacacious Grace (Anugerah yang tidak dapat ditolak), Perseverance of the saints.[3] 
a. Total Deprevity or Inability (Ketidakmampuan atau kerusakan total
Kejatuhan Adam membuat manusia tidak berdaya secara total, bahkan tidak mampu membuat dirinya percaya kepada Injil.  Ia butuh Roh Kudus untuk menolong dirinya untuk datang kepada Kristus.  Dalam hal ini, iman bukanlah sesuatu yang menjadi kontribusi manusia, melainkan iman itu sendiri merupakan bagian dari karunia keselamatan, pemberian Allah atas orang berdosa (Ef 2:8-9)
b. Unconditional Election (Pemilihan Tidak Bersyarat)
Pilihan Allah atas pribadi-pribadi tertentu terjadi sebelum dunia dijadikan dan itu berdasarkan kehendakNya sendiri. Bukan berdasarkan pada tanggapan atau ketaatan yang dilihat jauh sebelumnya, melainkan didasarkan pada Allah.
c.Limited Atonement (Penebusan Terbatas)
Karya penyelamatan Kristu dimaksudkan untuk menyelamatkan orang pilihan saja dan secara aktual merupakan jaminan keselamatan bagi mereka.
d. Irresistible Grace or Efficacious Grace (Anugerah yang tidak dapat Ditolak)
External call, yaitu panggilan Injil, yang dikenal sebagai panggilan umum kepada keselamatan, yang ditujukan kepada semua orang yang mendengar Injil.
Internal call, yaitu panggilan Injil dibuat efektif oleh Roh Kudus kepada orang pilihan Allah sehingga ia dilahirkan baru dan beriman kepada Tuhan Yesus.  Roh Kudus menyebabkan orang pilihan tidak bisa menolak, melainkan past menghasilkan pertobatan.
e. Perseverance of the Saints
Mereka dipelihara oleh Roh Kudus yang memeteraikan mereka sebagai milik sah yang tidak bisa diganggu gugat lagi.  Roh Kudus adalah jaminan keselamatan orang pilihan (Ef 1:12-14; 1 Pet 1:3-6).

ñ Berdasarkan TULIP di atas, maka predestinasi yang dianut oleh Calvinisme adalah predestinasi ganda. Penebusan yang dianut adalah penebusan terbatas.
ñ Keselamatan adalah anugera Allah dan tidak sedikitpun usaha atau peran manusia di dalamnya.
ñ Keselamatan tidak mungkin gagal, karena keselamatan itu dikerjakan dengan sempurna oleh Kristus di kayu salib.  Jadi tidak ada konsep murtad bagi orang pilihan Allah.

          Menurut Millard J. Erikson[4], ada beberapa konsep utama dari teologi Calvinism ini.  Konsep pertama adalah antropologi Calvinism yang berpendapat bahwa manusia telah mengalami ketidakmampuan atau kerusakan toal akibat dosa.  Istilah ketidakmampuan menunjukkan bahwa manusia berdosa tidak mampu berbuat baik atau bertobat dengan kekuatannya sendiri.
          Konsep utama kedua calvinisme adalah kedaulatan Allah.  Allah sebagai pencipta dan Tuhan atas segala sesuatu, dan sebagai akibatnya Allah bebas untuk melakukan apa saja yang dikehendakiNya.  Konsep kedaulatan Allah yang dipadukan dengan ketidakmampuan manusia adalah dasar dari doktrin pemilihan calvinisme. 

C.  Pemilihan Bersyarat (Arminianism) dan Pemilihan Tidak bersyarat (Calvinism)
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa menurut Arminianisme, Pilihan Allah atas pribadi-pribadi tertentu yang diselamatkan adalah terjadi sebelum dunia diciptakan, didasarkan pada pengetahuanNya sebelum respon mereka kepada panggilanNya nanti.  Ia memilih hanya mereka yang Ia tahu akan berespon kepada Injil.  Sedangkan menurut calvinism, pilihan Allah atas pribadi-pribadi tertentu terjadi sebelum dunia dijadikan dan itu berdasarkan kehendakNya sendiri. Bukan berdasarkan pada tanggapan atau ketaatan yang dilihat jauh sebelumnya.  Sehubungan dengan itu, perlu dijernihkan disini bahwa baik calvinism maupun arminianism sama-sama percaya bahwa Allah telah memilih orang-orang tertentu sebelum.  Yang membedakan keduanya adalah dasar pilihan Allah atas orang-orang pilihannya



Calvinism
Arminianism
KESAMAAN
Pilihan Allah terjadi sebelum dunia diciptakan
Pilihan Allah terjadi sebelum dunia diciptakan
PERBEDAAN
Kehendak Allah
Kemahatahuan Allah


D.  Beberapa keberatan reformed/Calvinism terhadap Arminianism

Golongan calvinis berpendapat bahwa pemilihan adalah tindakan Allah yang berdaulat yang dengannya Ia memilih dari antara umat manusia yang berdosa beberapa orang untuk menerima kasih karuniaNya yang  khusus yang mengerjakan keselamatan.  Tindakan ini diambil semata-mata karena Allah senang melakukannya dan sama sekali tidak disebabkan oleh sesuatu jasa  dalam diri orang-orang yang terpilih.[5]  Berdasarkan pendekatan ini, pengetahuan sejak semula itu bukanlah sekedar pengetahuan atas hal-hal yang belum terjadi, tetapi lebih dekat kaitannya dengan tindakan memilih.  Pengetahuannya sejak semula itu adalah sama dengan pilihanNya.  Selanjutnya istilah “tahu” sering kali mengandung pikiran “mengetahui atau mengenal dengan baik sekali”,  “mengenal dan menghargai”,  “mengenal dengan kasih sayang”.  Contohnya:  dalam PL Allah berfirman “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi” (Amos 3:2).  Dalam PB Yohanes menulis “dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya”  (1 Yoh 2:3).
          Argumentasi lain dari Calvinism adalah berdasarkan Roma 9:10-16 yang berkata bahwa Allah telah memilih Yakob  dan bukan Esau, bahkan sebelum mereka lahir dan sebelum mereka berbuat yang baik atau yang jahat.  Menurut Calvinism, nats ini merupakan bukti bahwa pemilihan itu dilakukan sepenuhnya berdasarkan kedaulatan Allah dan bukan kemahatahuan Allah. 


E.  Beberapa keberatan Arminianisme terhadap teologi reformed/calvinism

a.  Keberatan pertama yang kiranya perlu dicatat di sini adalah keberatan dari Arminius sendiri yang mengatakan bahwa pemilihan tak bersyarat dari Calvinism secara tidak langsung menganggap bahwa orang bisa selamat tanpa Kristus.  Hal ini jelas bertentangan dengan pernyataan Alkitab.
b. Thiessen berkata doktrin ini menjadikan pengetahuan sejak semula dan pemilihan benar-benar sama.  Ada yang menegaskan bahwa melihat sesuatu yang belum terjadi hanya berarti mengetahui bahwa sesuatu akan terjadi sesungguhnya.  Allah sudah tahu sebelumnya bahwa dosa akan memasuki dunia,  tetapi bukan Allah yang menyebabkan dosa masuk, Ia hanya mengizinkannya. 
b.  Lebih lanjut Thiessen mengkritisi calvinisme dengan berkata bahwa bila pemilihan dibatasi oleh Allah, maka pendamaian harus juga dibatasi.  Akan tetapi pandangan ini bertolak belakang dengan banyak ayat Alkitab yang mengajarkan pendamaian tidak terbatas (Yoh 1:29; 3:16;  I Tim 2:6; Ibr 2:9; 1 Yoh 2:2).  Manusia tetap bertanggung jawab bila menolak pendamaian. Keselamatan tersedia bagi semua orang, itu tidak terbatas.  Namun keselamatan tersebut secara efektif dibatasi oleh penolakan manusia.



3.  MENYELIDIKI DASAR BIBLIKA ARMINIANISM

Rumusan permasalahan dalam bagian ini adalah:  Apakah Roma 8:29 bicara tentang Pengetahuan Allah Sebelumnya atau Murni Pemilihan Allah tanpa melibatkan pengetahuan sebelumnya?
Sejak munculnya arminianisme, penganut calvinisme dengan tegas menolak ajaran bahwa pilihan Allah atas orang-orang pilihan didasarkan pada kemahatahuan Allah.  Dengan demikian pertanyaan dasar terhadap keabsahan teologis arminianisme adalah apakah ada dasar Alkitab bahwa pemilihan Allah berdasarkan pengetahuanNya sebelumnya? Umumnya penganut  Arminianism menegaskan bahwa dasar pilihan Allah adalah kemahatahuan Allah dengan mendasarkan diri pada Roma 8:29 dan 1 Petrus 1: 1-2.   Oleh karena itu, pada bagian ini penulis secara khusus membahas tentang Roma 8:29


A.  Memeriksa terjemahan Roma 8:29

Roma 8:29 (TB-LAI)
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia,  Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

Sebelum melanjutkan pembahasan ini, penulis memandang perlu untuk  terlebih dahulu melihat kembali teks aslinya dalam bahasa Yunani.
Roma 8:29
ὅτι οὓς προέγνω, καὶ προώρισε συμμόρφους τῆς εἰκόνος τοῦ υἱοῦ αὐτοῦ, εἰς τὸ εἶναι αὐτὸν πρωτότοκον ἐν πολλοῖς ἀδελφοῖς

Frasa “semua orang yang dipilihNya dari semula” versi TB-LAI  adalah berasal dari kata προέγνω (proegno).  Kata ini adalah kata kerja indicative aorist active orang ke 3 tunggal dari kata προγινωσκω (proginosko).  Terjemahan harfiahnya seharusnya sebagai berikut
“Sebab orang-orang yang Dia pernah mengenal sebelumnya, juga Dia pernah menentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”  (terj. Penulis)

Salah seorang teolog reform bernama Dave Hagelberg menerjemahkan sbb.:
“Sebab mereka yang dikenal-Nya dari semula,  juga ditentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”
Problema penerjemahan yang muncul disini adalah berkaitan dengan kata προέγνω (proegno) (yang berasal dari kata προγινωσκω (proginosko)).  Kata ini sebenarnya dipakai di berbagai ayat dalam PB misalnya dalam 1 Pet 1:20; 2 Pet 3:17 Ro 8:29; 11:2 Ac 26:5.  Namun kata ini telah diterjemahkan dengan tidak konsisten oleh TB-LAI.  Dalam 1 Pet 1:20  TB LAI menerjemahkan προγινωσκω (proginosko) dengan “telah dipilih sebelum”  sedangkan 2 Pet 3:17 telah mengetahui sebelumnya, dan dalam Kis 26:5 diterj. mengenal.  Penulis menyadari bahwa pembaca Alkitab berbahasa Indonesia sudah sangat terbiasa dengan terjemahan TB-LAI.  Sayangnya ada beberapa bagian dari teks Alkitab versi TB-LAI yang kelihatannya sangat dipengaruhi oleh dogma yang dianut oleh para pakar TB-LAI.   Salah satu di antaranya adalah penerjemahan kata προγινωσκω (proginosko) yang akan penulis bahas lebih lanjut di bawah ini.


B.  Penafsiran atas Roma 8:29
Penafsiran Roma 8:29 cukup sengit di kalangan reformed dan arminianism.  Ada perdebatan antara teolog-teolog Calvinism dengan teolog arminianism dan teolog biblika.  Dalam penafsiran mengenai Roma, Dave Hagelberg secara khusus membuat catatan kaki mengenai kata προγινωσκω (proginosko).  Dia mengatakan bahwa secara harfiah proginosko, berarti “mengenal  sebelumnya”.  Perlu dimengerti bahwa dalam bahasa Ibrani dan Yunani istilah “mengenal” dapat mempunyai arti yang jauh lebih dalam.  Lihat, misalnya, Kejadian 18:19, Yeremia 1:5; Amos 3:2, di mana istilah “mengenal” berarti “memilih”  (Cranfield, hal  431).  Itulah sebabnya LAI menerjemahkannya, “dipilih-Nya dari semula …”.  Cranfield mengerti bahwa awalan pro dipakai karena pilihan Allah terjadi sebelum dunia diciptakan, sesuai dengan Efesus 1:4 dan 2 Timotius 1:9.  Kata ini hanya dipakai dalam Kisah Para Rasul 26:5; Roma 8:29; 11:2; 1 Petrus 1:20; 2 Petrus 3:17.  Kata benda prognosis hanya dipakai dalam Kisah Para Rasul 2:23 dan 1 Petrus 1:2.[6]
          Penjelasan Hagelberg ini dengan mengatakan bahwa istilah “mengenal” berarti “memilih” dengan alasan bahwa dalam bahasa Ibrani dan Yunani istilah “mengenal” dapat mempunyai arti yang jauh lebih dalam.  Berdasarkan argumentasi ini kemudian Hagelberg mengatakan dalam tafsirannya:
“Dua ayat ini, Roma 8:29-30, memggambarkan sebuah rantai yang terdiri dari lima mata rantai.  Mata rantai yang pertama menceritakan semua orang yang dikenal dari semula.  Paulus tidak berkata bahwa oleh karena Allah mengetahui segala sesuatu mengenai apa yang akan kita lakukan, maka ia menentukan kita untuk menjadi anak-anak-Nya.  Istilah mengenal dalam Alkitab sering kali berarti “memilih”.  Sebelum kita melakukan apa-apa Ia sudah memilih kita, karena kasih karunia-Nya.[7]
Menanggapi tafsiran Hagelberg, penulis berpendapat bahwa kita perlu menyelidiki sejauhmana argumentasi Hagelberg ini dapat diterima.  Untuk itu ada beberapa pertimbangan:
1.     Baik dalam bahasa Yunani maupun bahasa ibrani ada istilah khusus untuk memilih.  Jika yang dimaksud oleh Paulus adalah memilih tanpa ada kaitannya dengan pengetahuan atau pengenalan Allah sebelumnya,  Paulus bisa memakai kata εκλεγομαι.  Kata ini dipakai misalnya dalam  Mark 13:20; Luk 9:35; 10:42; Yoh 15:16; Kis15:22, 25; Ef 1:4; Yak 2:5.  Tapi ternyata Paulus tidak menggunakan kata εκλεγομαι ini.
2.     Demikian juga dalam PL, bahasa Ibrani memiliki kosa kata yang berbeda antara “mengenal” dan“memilih”.  Kata memilih dalam bahasa Ibrani adalah בחר (bakhar).  Sedangkan kata mengenal atau mengetahui dalam bahasa Ibrani adalah ידע (yada).  Pertanyaan yang sama juga bisa diajukan untuk Yeremia 1:5 dan Amos 3:2.  Jika kata mengenal berarti memilih tanpa adanya hubungan dengan pengetahuan Allah sebelumnya, mengapa penulis Yeremia dan Amos tidak memakai kata בחר (bakhar)?  
Oleh karena itu penulis akan menelusuri kembali makna kata ini, baik dalam bahasa Yunani maupun dalam bahasa Ibrani.

C.  Pemakaian Yada[8]
Dalam Theological Dictionary of the Old Testament (TDOT)  Vol V dijelaskan bahwa ternyata dalam PL pengenalan Allah berkaitan dengan berbagai aspek.  Dalam Am 3:2 ditemukan bahwa yada (mengenal) merupakan ungkapan untuk hubungan khusus antara Yahweh dengan Israel atau untuk membuat pemilihan.  Berdasarkan penjelasan TDOT, penulis berpendapat bahwa pandangan Hagelberg dan Calvinism pada umumnya bahwa sama sekali tidak ada unsur pengetahuan/penganalan dalam pemilihan Allah sama sekali tidak bisa dipertahankan.  Bunyi Amos 3:2 “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.”  Pengenalan Yahweh ditegaskan dengan anak kalimat “sebab itu Aku akan menghukum kamu”.  Jadi  TDOT memperlihatkan Unsur pengetahuan Allah dalam istilah yada/mengenal sama sekali tidak hilang dalam pemilihan yang dilakukan oleh Allah tetapi menyertai tindakan pemilihan tersebut. 
Lebih jauh TDOT juga menjelaskan bahwa Dalam Kel 33:12, 17 Yahweh berkata kepada Musa: “Aku mengenal (yada) namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku.”  Dalam hal ini “mengenal namamu parallel dengan mendapat kasih karunia.”  Berdasarkan penjelasan ini, sekali lagi perlu diingatkan bahwa kata yada (mengenal) tidak lah berubah maknanya menjadi “mendapat kasih karunia”. 
         
          Semua penjelasan di atas membuktikan bahwa memang benar kata yada (mengenal) memiliki makna yang lebih dalam tapi—bukan seperti yang dikatakan penganut Calvinism—kata yada tidak identik dengan pemilihan, melainkan berhubungan dengan pemilihan.


D.  Pemakaian προγινωσκω (proginosko)
         Dalam Theological Dictionary of the New Testament (TDNT) 1, hal  715 dikatakan bahwa kata kerja προγινωσκω (proginosko) beerarti 
"to know in advance," and in the NT it refers to God's foreknowledge as election of his people (Rom 8:29; 11:2) or of Christ (1 Peter 1:20), or to the advance knowledge that believers have by prophecy (2 Peter 3:17). Another possible meaning is "to know before the time of speaking," as in Acts 26:5. The noun is used by the LXX in Jdt 9:6 for God's predeterminative foreknowledge and in Jdt 11:19 for prophetic foreknowledge; Justin uses it similarly in Dialogue with Trypho 92.5 ; 39.2 .[9]
Berdasarkan penjelasan TDNT di atas, terlihat bahwa προγινωσκω (proginosko) secara luas dipergunakan dalam pengertian pengetahuan sebelumnya.  Lebih lanjut TDNT mengatakan bahwa
In the NT προγινωσκέιν ‎is referred to God. His foreknowledge, however, is an election or foreordination of His people (Rom 8:29; 11:2) or Christ (1 Peter 1:20) (γινωσκω , 698; 706).

Walaupun TDNT mengatakan pengetahuan sebelumnya ini adalah sebuah pemilihan atau penentuan sebelumnya,  TDNT sedikitpun tidak menghilangkan adanya unsur pengetahuan Allah sebelumnya dalam pemilihan dan penentuan Allah tersebut.  Sedangkan dalam Exegetical Dictionary of the New Testament dikatakan sbb.:

In the context of the theme “life in the Spirit as a position in hope” (8:18-30), Rom 8:29 emphasizes that the Christian lives in the knowledge that “those whom (God) foreknew he predestined to be conformed to his Son’s image” and that “in everything God works for the good.”  “This ‘knowledge’ includes for Paul a recognition and appropriation …” The same idea occurs in 11:2: God has not rejected Israel forever (v. 2a: his people), since he foreknew them (v. 2b).  That is, he knew Israel from the very beginning and accepted it as his people.[10]

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa dalam konteks tema “hidup dalam Roh sebagai sebuah posisi berpengharapan” (8:18-30), Roma 8:29 menekankan bahwa orang Kristen hidup hidup dalam pengetahuan bahwa “mereka yang Allah kenal sebelumnya dia tetapkan untuk menjadi serupa dengan gambar AnakNya” dan bahwa “dalam segala sesutau Allah bekerja untuk kebaikan.”  Penjelasan ini meneguhkan kembali argumentasi penulis bahwa προγινωσκω (proginosko) tidak dapat diidentikkan dengan pemilihan Allah sebelumnya, tetapi ada keterkaitan yang kuat antara keduanya.  Pemilihan Allah rupanya tetap berhubungan dengan pengetahuan Allah sebelumNya.  Dengan demikian, dalam PB juga kita melihat adanya hubungan antara kemahatahuan Allah dengan pemilihanNya.
          Dengan demikian sampailah penulis pada makna Roma 8:29  “Sebab orang-orang yang Dia pernah mengenal sebelumnya, juga Dia pernah menentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”  (terj. Penulis)  Berdasarkan uraian di atas, tidak ada keraguan sedikitpun bahwa orang-orang yang ditetapkan Allah untuk untuk menjadi serupa dengan gambar Yesus adalah orang-orang yang sudah dikenalNya/diketahuiNya sebelumnya.  Dengan demikian, urut-urutannya adalah sebagai berikut:  Orang-orang yang Allah kenal/ketahui sebelumnya kemudian Allah tetapkan untuk menjadi serupa dengan gambar Yesus.  Sama sekali tidak ada dasar yang kuat untuk menghilangkan unsure pengenalan dan pengetahuan dalam Roma 8:29.


4.  KESIMPULAN
          Dari penyelidikan yang dilakukan di atas, maka tibalah saatnya untuk menjawab pertanyaan Apakah Roma 8:29 bicara tentang pengetahuan Allah sebelumnya atau murni pemilihan Allah tanpa melibatkan pengetahuan sebelumnya?  Dalam penafsiran, alangkah baiknya jika kita mencoba untuk membuka diri kepada teks dan membiarkan teks berbicara kepada kita.  Penulis menyadari bahwa pembaca Alkitab berbahasa Indonesia sudah sangat terbiasa dengan terjemahan TB-LAI tanpa menyadari bahwa penerjemahan juga sering dipengaruhi oleh dogma yang dianut oleh penerjemahnya.  Menelusuri makna sebuah ayat atau kata melalui bahasa aslinya akan sangat membantu kita untuk keluar dari perangkap dogmatis serta memperkaya pemahaman kita akan kebenaran Firman Tuhan.
          Penelusuran arti kata mengenal baik dalam bahasa Ibrani maupun dalam bahasa Yunani di atas memperlihatkan bahwa ternyata ada hubungan antara pengetahuan Allah sebelumnya dengan pemilihan yang dilakukanNya sebelum dunia dijadikan.  Dalam Roma 8:29 kita bisa membaca “Sebab orang-orang yang Dia pernah mengenal sebelumnya, juga Dia pernah menentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya”  memiliki arti bahwa pengetahuan/pengenalan Allah mendahului pemilihan dan ketetapan.  Dalam kekekalan Allah sudah mengetahui manusia ciptaanNya dan memakai pengetahuanNya itu untuk untuk memilih orang-orang pilihanNya.



[1] Christiaan De Jonge, Apa itu Calvinisme?  Jakarta:  BPK Gunung Mulia, 2001, hlm 60.
[2] Millard J. Erickson, Teologi Kristen: Volume Dua.  Malang: Gandum Mas, 2003. Hlm 524.
[3] Stevri I. Lumintang, Theologia dan Misiologia Reformed:  Menuju kepada Pemikiran Reformed & Menjawab Keberatan.  Batu: Departemen Literatur PPII, 2006, hlm 295 - 297
[4] Millard J. Erickson, Teologi Kristen: Volume Tiga.  Malang: Gandum Mas, 2003, hlm. 111-
[5] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 2010,  hal 399-405
[6] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani, Bandung: Kalam Hidup, 2004. Hlm 163.
[7] Hagelberg, ibid, hlm 164
[8] G. Johannes Botterweck dan Helmer Ringgren, Theological Dictionary of the Old Testament. Vol V.  Grand Rapid, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1986. Hlm 468-469.
[9] Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich (ed.), THEOLOGICAL DICTIONARY of the NEW TESTAMENT.  Translated by Geoffrey W. Bromiley.  Vol I, p 715.
[10]  Horst Balz and Gerhard Schneider (ed.), Exegetical Dictionary of the New Testament, Volume 3. Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1993 Hlm 153