MENINJAU PERISTIWA JATUH REBAH DALAM PENTAKOSTA MODERN
Oleh: Calvin Dachi
Salah satu fenomena yang menarik dalam kalangan
Pentakosta adalah peristiwa orang “jatuh” setelah penumpangan tangan. Peristiwa orang terjatuh ini kelihatannya
belum pernah diselidiki secara serius. Karena
tidak pernah diselidiki, maka tentu saja belum ada penjelasan yang memuaskan
tentang peristiwa orang jatuh rebah ini.
Penjelasan yang diberikan lebih bersifat spekulatif bernada “barang kali
…” atau
“mungkin karena …” Tulisan ini
juga tidak bermaksud memberi jawaban yang pasti, tetapi mencoba memberi wawasan
dalam memahami fenomena tersebut.
Awal mula
peristiwa Jatuh rebah dalam Pentakosta Modern
Vinson Synan dalam bukunya The Century of the Holy Spirit: 100 Years of
Pentecostal and Charismatic Renewal, mencatat bahwa peristiwa orang jatuh itu
sudah terjadi dalam kebangunan rohani di Welsh tahun 1904 oleh Evan Roberts. Synan mencatat bahwa dalam minggu-minggu pertama kebangunan rohani ini, banyak
orang mengklaim telah dibaptis dalam Roh
Kudus. Pengalaman ini diiringi
dengan sorak sorai, tertawa, menari, orang-orang yang jatuh di bawah kuasa,
tangisan, berbicara dalam bahasa yang tidak diketahui dsb.
Catatan
berikutnya tentang peristiwa orang jatuh dalam ibadah juga terjadi dalam ibadah
di Azussa Street (1906). Synan
menyatakan, pada awalnya “Seymour dan tujuh orang lainnya jatuh ke lantai dalam
luapan kegembiraan yang religius, berbicara dengan bahasa yang lain.” Dan setelah itu, Synan mengatkan bahwa Orang melaporkan
kejatuhan di bawah kuasa Allah dan menerima baptisan Roh Kudus dengan bukti
berbahasa roh saat mendengarkan khotbah Seymour dari seberang jalan.
Kilas Balik
Pelayanan
Peristiwa
orang jatuh rebah ini mengingatkan penulis kembali pada masa pelayanan di BNKP
Tapanuli Selatan sekitar tahun 2005/2006.
Saat itu, penulis menggembalakan sebagai Pendeta Distrik dengan lebih 30
pos pelayanan. Dalam pelayanan di jemaat
cabang (pos pelayanan), biasanya penulis melayankan Perjamuan Kudus. Kebiasaan di gereja tersebut, Perjamuan Kudus
diadakan di altar, dimana jemaat maju secara bergiliran untuk memakan roti dan
minum anggur perjamuan. Saat melayani
Perjamuan Kudus, tiba-tiba salah seorang jemaat jatuh rebah setelah minum
anggur Perjamuan. Tentu saja hal ini
sangat mengejutkan saya dan menyebabkan saya
bingung karena saya tidak pernah diperlengkapi untuk menghadapi hal
seperti ini. Kemudian saya suruh jemaat
membawa orang tersebut pulang setelah mendoakan orang tersebut.
Beberapa tahun yang lalu, saya juga
mendapat video tentang pelayanan Reinhard Bonke. Dalam video ini, dia menceritakan
pelayanannya di Afrika. Dia mengatakan
bahwa dia melihat secara rohani adanya gelombang Roh dan ketika itu melewati
kerumunan orang yang hadir dalam KKRnya, mereka semua berjatuhan dan rebah.
Peristiwa Orang
Jatuh Rebah dalam Alkitab
Kemajuan teknologi
memudahkan penulis untuk mencari ayat-ayat yang menunjuk pada peristiwa orang
jatuh rebah karena alasan rohani. Catatan
pertama tentang orang yang jatuh rebah karena alasan rohani adalah dalam 1 Sam
19:24. Dalam ayat itu dikatakan bahwa Saul
“menanggalkan pakaiannya, dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah
terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah
sebabnya orang berkata: "Apakah juga Saul termasuk golongan
nabi?"” Ayat Ini adalah satu-satunya referensi yang
memperlihatkan gejala “kepenuhan Roh Allah” di kalangan nabi-nabi Israel. Peristiwa kepenuhan Roh itu juga terjadi
ketika Tuhan menaruh sebagian Roh yang hinggap pada Musa dan menaruhnya atas
tujuh puluh tua-tua Israel. Dikatakan
dalam Bil 11:25b ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka
seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi.
Peristiwa kedua
yang dicatat dalam Alkitab adalah berkaitan dengan ketika Tuhan Yesus
menyatakan diri kepada Paulus dalam perjalanan ke Damaskus. Dalam Kis 26:13-14 dikatakan bahwa “aku
(Paulus) melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya
matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.
KAMI SEMUA REBAH
ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa
Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang
ke galah rangsang.” Yang menarik dalam
peristiwa ini, semua orang yang bersama dengan Paulus rebah, tetapi dari antara semua yang rebah itu hanya
Saulus melihat cahaya dan mendengar
suara Yesus.
Sebuah Analisa
Sederhana
Cukup
menarik bahwa sejak awal Pentakosta modern, peristiwa orang jatuh rebah diklaim
sebagai adanya kuasa Allah atau lawatan nyata dari Roh Allah. Di Azussa Street, kita melihat bahwa fenomena
orang jatuh terjadi saat ibadah atau saat mendengarkan khotbah. Cukup menarik disini bahwa tidak disebut
mengenai penggunaan minyak urapan atau penumpangan tangan. Orang-orang yang belum mendapat lawatan dari
Roh Allah atau Roh Kudus, akan disuruh untuk naik ke lantai dua geduang Azussa
Street dan berdoa di sana sampai mengalami lawatan Roh.
Dalam Alkitab, kita hanya mendapat
sedikit informasi mengenai peristiwa jatuh rebah ini. Dalam Perjanjian Lama, rupanya peristiwa
orang jatuh rebah seperti itu merupakan gejala yang umum terjadi di kalangan
para nabi. Orang Israel pada umumnya
dianggap sudah mengetahui hal ini sehingga penulis Alkitab tidak menyebutkan
lagi tentang peristiwa jatuh rebah itu dalam
catatan tentang “kepenuhan Roh Allah” ini. Namun, fenomena ini terungkap dalam peristiwa
yang dialami raja Saul dan secara khusus dicatat karena kepenuhan Roh dengan
gejala jatuh rebah ini dialami bukan oleh seorang nabi tetapi oleh seorang
raja.
Sedangkan dalam Perjanjian Baru,
kita tidak mendapatkan informasi bahwa orang-orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus
mengalami jatuh rebah. Justru yang
mengalami jatuh dan rebah adalah Saulus (sebelum bertobat) dengan orang-orang
beserta dia ketika Tuhan Yesus menyatakan diri kepada Saulus. Dan yang menarik, dari semua yang rebah,
hanya Paulus saja yang dilawat oleh Tuhan sedangkan yang lain tidak.
Pengalaman pribadi penulis maupun pengalaman pelayanan orang lain dan
juga cerita dalam Alkitab memperlihatkan bahwa peristiwa jatuh rebah itu
terjadi bukan karena penumpangan tangan atau pun karena minyak urapan. Peristiwa itu terjadi lebih karena lawatan
Roh Kudus atau Roh Allah.
Apakah Orang
yang Tidak Jatuh Rebah Tidak Dilawat Roh Tuhan?
Pertanyaan kritis dari sub judul ini
bisa diajukan dengan cara yang lain:
Apakah lawatan Roh Allah HARUS DISERTAI dengan peristiwa “jatuh
rebah”? Pertanyaan ini penting karena
di kalangan jemaat bisa timbul berbagai praduga, bahkan bukan tidak mungkin
akan melemahkan iman jemaat. Untuk ini
penulis berpendapat, bahwa lebih baik untuk tidak bersikap terlalu ekstrim
memutlakkan satu gejala dan mengabaikan kenyataan yang lainnya. Ada banyak peristiwa dalam Alkitab yang
menceritakan lawatan Tuhan atau Roh Tuhan tanpa disertai dengan gejala “jatuh
rebah”. Mis,: Ketika pertama kali Tuhan memanggil Samuel
dan berbicara kepadanya, Samuel tidak mengalami jatuhrebah dan sebagainya. Tetapi itu bukan berarti Samuel tidak
dipenuhi oleh Roh Tuhan. Demikian juga
dengan Musa. Lawatan Tuhan atas Musa
tidak disertai dengan jatuh rebah atau tubuh yang bergetar dan sebagainya. Tetapi Musa tetap dipenuhi oleh Roh
Tuhan. Namun ketika sebagian Roh itu
diambil dan diberikan kepada ketujuh puluh tua-tua Israel, mereka mengalami apa
yang disebut dengan gejala “kepenuhan Roh” yang bisa dilihat dan dikenal oleh
umat Israel. Bil
11:25 -26 “Lalu turunlah TUHAN
dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh
yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika
Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah
itu tidak lagi. Masih ada dua orang
tinggal di tempat perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama
Medad. Ketika Roh itu hinggap pada mereka--mereka itu termasuk orang-orang yang
dicatat, tetapi tidak turut pergi ke kemah--maka kepenuhanlah mereka seperti nabi
di tempat perkemahan.“
Selanjutnya, kita juga harus membuka
diri bahwa pemberian Roh Kudus bisa terjadi melalui penumpangan tangan. Dalam Kis 19:6 disebutkan bahwa “ketika
Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka,
dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.” Walaupun tidak disebutkan bahwa mereka jatuh
rebah, namun peristiwa turunnya Roh Kudus terjadi saat penumpangan tangan. Dan daam hal ini terbuka juga kemungkinan
seseorang itu jatuh rebah, walaupun itu bukanlah gejala yang mutlak.