Oleh: Calvin
Dachi, MAIE, MTh.
1. PENDAHULUAN
Salah
satu gerakan penting dalam kekristenan di abad ke 20 adalah munculnya gerakan
Pentakosta. Seringkali orang juga
menyebut gerakan ini dengan istilah kharismatik. Tidak jarang istilah pentakosta dengan
kharismatik menimbulkan kebingungan di kalangan umat kristiani pada
umumnya. Sebagian pengikut gerakan pentakosta
lebih suka menyebut diri mereka sebagai gereja Pentakosta dari pada kharismatik. Sementara di kalangan protestan dan katolik,
istilah kharismati jauh lebih disukai dalam menyebutkan gerakan pentakosta ini.
Untuk tidak menimbulkan kebingungan
dalam penggunaan istilah pentakosta dan kharismatik, dalam tulisan ini penulis
akan menjabarkan sekilas tentang gerakan Pentakosta ini dan beberapa perbedaan
mendasar teologi pentakosta dengan protestantisme tradisional.
2. TIGA GELOMBANG PENTAKOSTALISME
David
Barret, seorang peneliti Kristen dan co-editor dari World Christian Encyclopedia menyatakan bahwa gerakan Pentakosta
ini dapat dibagi dalam tiga gelombang, yaitu sebagai berikut[1]:
Gelombang Pertama: Pentakosta Klasik
Gelombang pertama dari
misionaris perintis Pentakosta menghasilkan apa yang dikenal sebagai gerkan
Pentakosta klasik, dengan lebih dari empat belas ribu denominasi Pentakosta di
seluruh dunia. Fase ini diikuti oleh
usaha-usaha mengorganisasikan denominasi Pentakosta yang menghasilkan misi-misi
yang bertumbuh cepat dan gereja-gereja pribumi.
Beberapa dari pertumbuhan yang paling besar datang dari usaha yang
dilakukan di tengah-tengah orang Hispanic di US dan Amerika Latin. Beberapa pertumbuhan yang paling besar juga
terjadi di tengah-tengah orang Amerika kulit hitam maupun di negara-negara
Afrika.
Pada gelombang
ini orang-orang Pentakosta mengalami penolakan, pengusiran, pemisahan diri,
denominasi baru.
Yang
termasuk dengan Pentakosta klasik adalah orang-orang Pentakosta yang merupakan
anggota dari denominasi Pentakosta atau gerakan Pentakosta. Denominasi-denominasi Pentakosta memegang
ajaran bahwa semua orang Kriste harus mencari pengalaman rohani sesudah
pertobatan yang disebut dengan Baptisan Roh Kudus, dan bahwa orang percaya yang
dibaptis Roh Kudus dapat menerima satu atau lebih karunia-karunia roh yang dikenal
pada gereja mula-mula: penyucian seketika, berbicara dalam bahasa roh
(glossolalia), atau menafsirkan bahasa roh, bernyanyi dalam bahasa roh, menari
dalam roh, berdoa dengan tangan terangkat, mimpi, penglihatan/visi, membedakan
roh, kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, mujizat, mengusir roh jahat,
kelepasan, tanda-tanda heran.
Denominasi-denominasi Pentakosta memproklamasikan sebuah injil yang
“sepenuh” atau “empat tema” atau “lima tema” injil, yaitu: Kristus penyelamat,
Pengudus, Pembaptis dengan Roh Kudus, Penyembuh dan Raja yang akan Datang
kembali.
Gelombang Kedua: Kharismatik
Mengalami perselisihan,
toleransi, jemaat yang dibaharui, tetap di gereja-gereja utama.
Ini adalah orang-orang Kristen
yang berafiliasi dengan denominasi non-Pentakosta (Anglikan, Protestan,
Katolik, Ortodoks) yang menerima pengalaman seperti disebut di atas.
Fase ini adalah penetrasi (perembesan) Pentakostalisme di
gereja-gereja arus utama Protestn dan gereja-gereja Katolis sebagai gerakan
“pembaharuan kharismatik” dengan tujuan membaharui gereja-gereja yang historis
ini. Selayaknya juga diakui bahwa
“gelombang-gelombang” yang lebih baru ini juga mulai dari United States. Mereka mencakup gerekan Neo-Pentakosta
Protestan yang dimulai tahun 1960 di Van Nuys, California, di bawah pelayanan
Dennis Bennet, Raktor dari gereja St. Mark’s Episcopal (Anglican). Dalam sati dekade, gerakan ini telah menyebar
ke seluruh 150 golongan utama Protestan di dunia, menjangkau total 55 juta orang
pada tahun 1990.
Pemimpin-pemimpin
Protestan arus utama termasuk: Tommy Tyson dan Ross Whetstone (Metodis); Brick
Bradford, Rodman Williams, dan Brad Long (Presbyterian); Pat Robertson, Howard
Conatser, Ken Pagard, dan Gary Clark (Baptist); Everett Terry Fulam dan Charles
Fulton (Episcopal); Gerald Derstine dan Nelson Litwiller (Mennonite); dan
Vernon Stoop (United Church of Christ).
Gerakan pembaharuan kharismatik
Katolik dimulai di Pittsburg tahun 1967 di tengah murid-murid dan dosen di
Duquesne University. Sesudah tersebar
dengan cepat di antara murid-murid di
Noter Dame dan di University of Michigan, gerakan ini tersebar ke seluruh
dunia.
Pemimpin-pemimpin awalnya dalah Kevin
Ranaghan, Ralph Martin, Steve Clark, dan Nancy Kellar. Kepemimpinan teologis yang hati-hati
diberikan oleh Kilian McDonnell dan Leon Joseph Cardinal Suenens.
Dalam 32 tahun sejak kelahirannya,
gerakan Katolik tidak hanya mendapat izin dari gereja tetapi juga menjamah
kehidupan lebih dari 100 juta orang Katolik di 120 negara.
Gelombang Ketiga:
Neo Kharismatik
Gelombang paling baru ini adalah yang
disebut “gelombang ketiga” dari Roh
Kudus. Asalnya adalah dari Fuller
Theological Seminary pada tahun 1981 di bawah pelayanan ruang kelas dari John
Wimber, pendiri dari Association of Vineyard Churches. “Gelombang” ini terdiri atas kelompok utama
evangelical yang mengalami tanda-tanda dan mujizat tetapi juga meremehkan
label-label seperti “Pentakosta” atau “Kharismatik.”Vineyard adalah gerakan
yang paling terlihat dari kategori
ini. Tahun 2000, orang-orang dari
gelombang ketiga ini, juga disebut dengan “neo-kharismatik” memiliki sekitar
295 juta anggota di seluruh dunia.
Dicirikan
dengan: Kuasa Penginjilan (Power Evangelism), struktur baru, networking,
Megachurch.
Anggota-anggota dari gelombang ketiga
terdiri dari orang-orang Injili dan Kristen lainnya yang tidak dihubungkan
dengan Penkaosta atau pembaharuan Kharismatik, tetapi telah dipenuhi roh dan
mengalami pelayanan Roh dan mujizat (walaupun tidak mengakui baptisan Roh Kudus
terpisah dari pertobatan), yang menjalankan karunia roh, menekankan tanda-tanda
dan mujizat, yang meninggalkan gereja mereka yang non Pentakosta tetapi juga
tidak mengidentifikasi diri sebagai Pentakosta atau kharismatik.
3. TEMA-TEMA TEOLOGIS GERAKAN PENTAKOSTA
Gerakan Pentakosta pada umumnya
dimengerti dengan cirinya yang khas, yaitu glosolalia atau “bahasa roh”. Seorang ahli bernama David W. Faupel[2]
membagi gereja dan gerakan Pentakosta ke dalam tiga kelompok berdasarkan
perbedaan tema teologisnya:
1. Mereka yang mengajarkan doktrin penyucian
dalam tradisi Kekudusan Wesleyan.
Pentakosta golongan ini mengajarkan “tiga karya anugerah”
pertama, pertobatan
kedua, pengalaman
“penyucian/pengudusan menyeluruh”
ketiga, Baptisan dalam Roh
Kudus yang memberdayakan orang percaya untuk bersaksi dan melayani dengan bukti
berbahasa roh.
2. Orang Pentakosta yang
mengurangi pola diatas menjadi “dua karya Anugerah” dengan meleburkan dua hal
yang pertama menjadi satu “finished work” (Karya tuntas Kristus di Kalvari)
yang ditambah dengan proses penyucian secara perlahan-lahan. Orang Pentakosta yang memakai pola ini
memusatkan diri pada pertobatan dan kemudian baptisan dalam Roh Kudus.
3.
Orang Pentakosta yang memegang pandangan “keesaan” atau “Jesus Only” dari
ketuhanan. Golongan ini memproklamirkan unitarianisme Injili dari pribadi kedua
Tritunggal.
Pada
tahun 1948, Pentecostal Fellowship of North America menyatakan:
“Kami percaya bahwa Injil yang penuh
(full gospel) meliput kesucian hati dan hidup, kesembuhan jasmani dan baptisan
dalam Roh Kudus dengan bukti pertama berbicara dalam bahasa roh sebagaimana Roh
Kudus berikan untuk diucapkan.”[3]
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa istilah Full Gospel digunakan secara
khusus dalam Pentakostalisme dan menggambarkan sebuah kumpulan tema-tema yang
muncul dalam Pernyataan Pentecostal Fellowship of North America (PFNA). Tema-tema diucapkan sebagai berikut dalam
pernyataan awal PFNA:
“Selama
Reformasi Allah memakai Martin Luther dan yang lainnya untuk memulihkan doktrin
pembenaran oleh iman. Rom 5:1. Kemudian
Tuhan menggunakan Wesley bersaudara dan lainnya dalam gerakan besar
Kekudusan/kesucian untuk memulihkan injil penyucian oleh iman. Kis 26:18. Selanjutnya, Dia masih menggunakan orang lain
untuk memulihkan injil dari kesembuhan ilahi oleh iman (Yak 5:14,15), dan Injil
tentang kedatangan Yesus kedua kalinya. Kis 1:11. Sekarang Tuhan menggunakan banyak saksi dalam
gerakan Pentakosta yang besar untuk memulihkan baptisan dengan Roh Kudus dan
api (Luk 3:16; kis 1:5) dengan tanda-tanda yang mengikuti. Mark 16:17, 18; Kis
2:4; 10:44-46; 19:6; 1:1-28:31. Syukur
pada Tuhan, kita sekarang memiliki pengkhotbah-pengkhotbah dari keseluruhan
Injil.”[4]
Dari kutipan di atas, kita mendapatkan lima tema yang termasuk dalam “Injil
Sepenuh—tiga karya anugerah ditambah dua lagi ‘kesembuhan ilahi oleh iman’ dan
kedatangan Yesus kedua kali.” Semua
tema-tema ini berulangkali muncul di dalam keseluruhan tradisi Pentakosta.
5 TEMA UTAMA PENTAKOSTA:
1. Pembenaran oleh iman
2. Pengudusan sebagai berkat yang kedua, pasti,
karya anugerah yang sempurna
3. Baptisan dalam Roh Kudus dengan bukti
berbahasa roh
4. Kesembuhan ilahi sebagaimana tercakup dalam pendamaian.
5. Premillenial kedatangan Kristus kedua kali.
4. HERMENEUTIKA PENTAKOSTA
Dalam Pentakostalisme, keselamatan dan pembenaran dihubungkan bersama
dengan Baptisan dalam Roh Kudus. Berbeda
dengan Protestantisme yang cenderung membaca Perjanjian Baru melalui sudut
pandang Paulus, hermeneutika Pentakostalisme cenderung membaca Perjanjian Baru
melalui sudut pandang Lukas, terutama dengan lensa yang disediakan oleh Kisah
Para Rasul.
Hermeneutik Protestantisme
|
Hermeneutik
Pentakostalisme
|
•
cenderung membaca Perjanjian Baru melalui sudut
pandang Paulus
•
Surat-surat
Paulus bersifat pengajaran
|
•
Membaca
Perjanjian Baru melalui sudut pandang Lukas, terutama dengan lensa yang
disediakan oleh Kisah Para Rasul.
•
Lukas dan Kisah bersifat naratif/cerita
•
Muncul Pola Baru: Apa yang dialami dalam Kisah
Para Rasul, harus ditiru (harus dialami) setiap orang percaya (Disebut
Subjectiving Hermeneutics)
|
Perubahan dari teks
Paulus kepada teks lukas adalah pergantian genre literatur dari yang bersifat
pengajaran kepada bahan-bahan yang bersifat naratif/cerita. Teks-teks naratif terkenal sulit
diinterpretasikan secara teologis.
Orang-orang Pentakosta membaca cerita-cerita Pentakosta di dalam Kisah
Para Rasul dan menuntut bahwa pola umum penerimaan Roh Kudus di gereja
mula-mula harus ditiru dalam hidup setiap orang percaya.
Untuk membuat klaim ini, Pentakostalism berdiri dalam
tradisi yang disebut “subjectivizing hermeneutic.” Claude Welch menunjukkan bahwa bagian dari
pengalaman subjektif kaum Pietism yang mendesak agar “drama Penciptaan,
Kejatuhan dan Penebusan diberlakukan lagi dalam setiap kehidupan orang”
kemudian diterapkan dalam gerakan Pentakosta modern. Begitu juga pendekatan teologi Pietisme bahwa
“Kelahiran Kristus yang sejati adalah kelahiranNya di dalam hati, kematianNya
yang sebenarnya adalah kematian di dalam kita, kebangkitaNya yang sebenarnya
adalah dalam kemenangan iman kita” juga diterapkan dalam Pentakosta
modern. Salah satu pendahulu Pentakosta
“higher life” di abad ke sembialn belas
menggunakan pendekatan yang mirip dengan itu untuk Alkitab dalam
menerapkan elemen-elemen dari sejarah keselamatan di PL untuk ibadah. Peristiwa keluar dari Mesir, pengembaraan di
padang gurun dan menyeberangi sungai Yordan ke tanah perjanjian semua menjadi
jenjang/tahap dalam pola normative perjalanan rohani dari pertobatan ke dalam
“berkat kedua.”
Demikianlah,
“Gerakan Pentakosta adalah sebuah kelompok di dalam gereja Kristen yang
dicirikan dengan kepercayaan bahwa apa yang terjadi sebagaimana disebut dalam
Kisah 2 pada Hari Pentakosta tidak hanya menandakan kelahiran gereja, tetapi
juga menggambarkan sebuah pengalaman
yang tersedia untuk orang-orang percaya di segala abad. Pengalaman mengenakan kuasa, disebut
“Baptisan dalam Roh Kudus,” dipercaya dibuktikan oleh tanda yang menyertai
berupa “berbicara dalam bahasa-bahasa lain sebagaimana roh memberikannya untuk
diucapkan.”
Uraian di atas juga memperlihatkan
pentingnya pengalaman dalam teologi Pentakosta modern:
•
Pentakosta
menegaskan bahwa pelayanan Yesus di bidang mujizat kesembuhan juga dialami di
zaman kita karena mujizat-mujizat adalah pengalaman gereja mula-mula sebagaimana
dilaporkan dalam Kisah Rasul.
•
Mujizat-mujizat
kesembuhan ini bukan hanya bagian dari keselamatan atau bantuan untuk
kemanusiaan dalam Injil, tetapi ini adalah jaminan ulang bagi orang percaya dan
kesaksian bagi orang tidak percaya.
5. PENUTUP BAGIAN 1
Uraian singkat di atas
memperlihatkan bahwa gerakan pentakosta modern tidak dapat dipisahkan dari
ajaran tokoh-tokoh reformasi. Tema
teologis “pembenaran oleh iman” sudah pasti diterima sebagai warisan dari
teologi reformasi. Sedangkan kekudusan
hidup/pengudusan dapat ditelusuri kembali akarnya pada teologi pietism dan Methodism
Wesley. Namun Pentakostalisme modern
mengaitkan kedua tema ini secara khas dengan baptisan Roh Kudus sebagaimana
dirumuskan oleh pendiri Pentakosta modern Charles Parham (lihat bagian 2).
Tekanan pada pengalaman dalam
hermenetika pentakosta modern perlu dipahami secara hati-hati. Pengalaman yang dimaksud dalam pentakosta modern
tidak boleh disamakan dengan konsep pengalaman dalam teologi liberal. Konsep pengalaman dalam pentakostalisme
modern lebih menekankan pengalaman secara vertikal dengan Tuhan yang dibuktikan
lewat baptisan roh dan mujizat-mujizat.
Pengalaman yang vertical ini menjadi penentu bagi keberadaan manusia dan
hubungan-hubungan vertical lainnya. Sementara
konsep pengalaman dalam teologi liberal lebih menekankan pada pengalaman horizontal
(hubungan dengan sesame) sebagai penentu dan representasi dari hubungan dan
perjumpaan dengan Allah.
Daftar Pustaka
Talumewo, Steven H., Sejarah Gerakan Pentakosta. Yogyakarta:
Andi, 2008
Samuel, Wilfred J., Kristen Kharismatik: Refleksi atas Berbagai
Kecenderungan Pasca-Kharismatik.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
Maris, Hans, Gerakan Kharismatik dan Gereja Kita. Surabaya: Momentum, 2009.
Berkhof, H., Sejarah Gereja,disadur oleh I.H. Enklaar, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1995
Dayton,
Donald W., Theological Roots of
Pentecostalism, New Jersey: Hendrickson Publisher, Inc., 1996
Valdez,
A.C dan James F. Scheer, Api di Jalan
Azusa, diterj oleh Naomi Marisca E. Manalu, Bandung: Revval Publishing
House, 2003.
Synan,
Vinson, The Century of the Holy Spirit:
100 Years of Pentecostal and Charismatic Renewal, Nashville: Thomas Nelson
Publishers, 2001.
[1] Vinson Synan, The
Century of the Holy Spirit: 100 Years of Pentecostal and Charismatic Renewal( Nashville:
Thomas Nelson Publishers, 2001), hal. 395-396
[2] Dayton, Donald W., Theological Roots of Pentecostalism (New Jersey: Hendrickson
Publisher, Inc., 1996) hal. 18.
[3] Ibid. hal 18.
[4] Ibid. 19-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar