Tritunggal: dari
logika melompat ke mujizat
Oleh: Calvin Dachi
Pendahuluan
Salah satu
doktrin agama Kristen yang sering menjadi perdebatan dengan orang-orang non
Kristen adalah doktrin Tritunggal atau Trinitas. Keberatan terhadap doktrin ini utamanya
datang dari dua agama yang sangat menekankan monoteheisme seperti agama Yahudi
dan Islam. Dengan kemajuan teknologi
internet, berbagai perdebatan itu bahkan sudah direkam dan dipublikasikan di
youtube sehingga bisa diakses oleh banyak orang.
Satu hal yang perlu dicatat adalah
bahwa perdebatan itu belum juga selesai sampai sekarang. Penulis tidak tahu persis sampai sejauh mana
penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh pihak Kristen dapat dipahami oleh
saudara-saudara dari pihak penganut agama Yahudi dan Islam. Penulis juga tidak bermaksud untuk mengupas
ulang perdebatan-perdebatan tersebut.
Dalam tulisan ini penulis berusaha membahas beberapa unsur yang sering
tidak disadari oleh baik pihak Kristen maupun mereka yang menolak doktrin
Tritunggal.
Apa
itu Tritunggal?
Orang yang pertama kali merumuskan
ajaran Tritunggal adalah Tertullilanus (120-225). Ia merumuskan bahwa Allah adalah satu di
dalam substansnya atau Zatnya dan tiga di dalam personaNya atau pribadiNya atau
OknumNya.[i]
Sejak Tertullianus inilah kemudian gereja
berusaha merumuskan ajaran tentang Allah dalam doktrinnya: Tritunggal.
Secara ringkas doktrin Tritunggal
mengajarkan bahwa Allah yang Esa itu disebut “Bapa yang Mahakuasa”. Sejak
kekal FirmanNya diam di dalam Allah dan Firman itu telah menjadi manusia yaitu
Yesus dan karena itu disebut Anak Allah karena Firman Itu keluar dari
Allah. Bapa juga memiliki Roh Kudus, yaitu Roh yang “Keluar dari Sang Bapa”. Dengan demikian Roh ini juga berasal dari Bapa
(Allah Yang Esa) itu dan berdiam di dalam Diri Allah Yang Esa itu. Karena dalam kekekalan Firman Allah dan Roh
Kudus sudah bersama-sama dengan Allah maka jelaslah bahwa Firman dan Roh Kudus
itu bukan diciptakan.
Penulis percaya bahwa dengan
penjelasan ringkas di atas, tidak sulit bagi penganut agama Yahudi dan Islam
untuk memahami bahwa agama Kristen percaya kepada keesaan Allah. Lalu masalahnya dimana? Apa keberatan
fundamental atas ajaran iman Kristen ini?
Berikut penulis akan memaparkan beberapa sumber masalahnya.
Masalahnya
adalah angka tiga (3) tidak LOGIS
untuk Yang Maha Esa
Istilah
"Tritunggal" entah disadari atau tidak, memberi kesan menyangkal
keesaan Allah. Umat Kristen tidak perlu
menolak kenyataan bahwa orang non Kristen menangkapnya demikian. Penggunaan kata Tri/tiga pasti membangkitkan
penolakan dari penganut keesaan Allah. Adalah
logis untuk mengatakan bahwa konsep tiga tidak mungkin satu/esa. Kalau ada tiga yang jadi satu, itu pasti
campuran, atau senyawa (kimia) atau larutan (cairan).
Kalau kita lebih terbuka mengamati,
sebelum Tertullianus gereja tidak pernah menggaunakan angka tiga ini dalam menyebut
Allah. Bahkan Yesus sendiri dalam Injil Yohanes berkata Aku dan Bapa adalah satu (Yoh
10:30). Jadi penggunaan atribut angka
tiga untuk Allah barulah dilakukan jauh
kemudian. Menurut Berkhof dan Enklaar, Pemikiran-pemikiran
teologi Tertullianus ditulisnya diantara tahun 195-220 M.[ii] Itu berarti selama lebih dari seratus lima
puluh tahun sejak kenaikan Yesus ke Sorga, gereja tidak pernah menggunakan
angka tiga sebagai atribut untuk Allah. Penulis
berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena masih kuatnya hubungan agama
Kristen dengan Yudaisme yang sangat keras mengajarkan keesaan Allah. Namus sejak kehancuran Yerusalem tahun 70 M, pengaruh
Yudaisme semakin lama semakin melemah dan perlahan-lahan agama Kristen semakin
mandiri dalam ajarannya. Di
tengah-tengah konteksnya yaitu kekaisaran Romawi yang menganut politeisme,
penggunaan angka tiga sebagai atribut untuk Allah tidak lagi menjadi persoalan pada
masa itu walaupun gereja tidak menganut politeisme.
Anak Allah? Mustahil Allah beranak!
Prasangka lain
yang cukup umum diketahui adalah: Apakah Allah beranak? Dalam agama Islam keyakinan bahwa Allah tidak
beranak pada mulanya muncul dalam konteks menolak kepercayaan bahwa dewa
Arab punya tiga anak (al Lat, al-Uzza dan Manat ) . Tapi disadari atau tidak, keyakinan ini juga diterapkan dalam konteks yg lain
yaitu, untuk menolak ajaran alkitab bahwa Yesus adalah anak Allah. Pertanyaanya: apakah agama kristen
mengajarkan Allah beranak? Atau Allah
berhubungan dengan perempuan sehingga perempuan itu hamil dan melahirkan? Tentu tidak!
Persoalannya adalah bahwa apa yg dimaksud dengan anak oleh orang Kristen
berbeda dengan pemahaman yg disangkakan kepada orang.
Dalam
Alkitab konsep
anak dipakai dengan cara yang berbeda-beda.
Sedikitnya ada empat konsep yang berbeda berkaitan dengan anak.
Pertama
konsep harfiah
Yang dimaksud
disini adalah bahwa anak yang lahir dari hubungan suami-istri. Mis.
Abraham memperanakkan Ishak dan sebaginya.
Kedua
konsep alegoris, mis:
Keluaran 4:22-23 Maka engkau harus berkata kepada Firaun:
Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung;
sebab itu Aku
berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah
kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan
membunuh anakmu, anakmu yang sulung."
Disini anak bukan diartikan sebagai
akibat hubungan suami-istri tetapi lebih menunjukkan kepada hubungan khusus
antara Allah dengan umat Israel dimana Allah berperan sebagai Bapa yang
bertanggungjawab untuk membela dan melepaskan anaknya.
Ketiga,
Konsep Anak sebagai status yg diberikan kepada orang percaya
Yoh 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya
diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya
dalam nama-Nya;
Gal 3:26 Sebab kamu
semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
1 Yoh 3:1 Lihatlah, betapa besarnya kasih
yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan
memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab
dunia tidak mengenal Dia.
Keempat,
konsep anak yang menunjukkan kesetaraan hakekat dengan bapanya.
Seorang anak dan
orang tuanya adalah sama-sama manusia.
Sebagai manusia, anak dan bapa sama nilai kemanusiaannya. Konsep ini juga yang dipakai alkitab ketika
mengatakan Yesus adalah anak Allah. Nats yang sangat eksplisit mengatakan:
Yohanes 1:1-3,
14 Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia
tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Firman itu telah
menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh
kasih karunia dan kebenaran.
Firman Allah menjadi
manusia?
Salah
satu hambatan logis dari doktrin Kristen adalah bahwa secara logika lebih mudah
menerima jika Firman Allah itu menjadi buku/kitab dari pada menjadi
manusia. Jika pikiran Allah terungkap
dengan perkataan Allah kemudian menjadi kitab, maka hal tidak ada keberatan
akal sehat dengan hal itu. Hal itu juga
alkitabiah, karena dalam Alkitab dikatakan bahwa Allah menyuruh nabi-nabinya
menuliskan firmanNya. Sebagai contoh
penulis akan mengutip beberapa ayat alkitab tentang Firman Tuhan yang
dituliskan menjadi kitab:
Keluaran
34:27 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah
Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel."
Yer 30:1-2 Firman
yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel:
Tuliskanlah segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu itu dalam suatu
kitab.
Lalu bagaimana
jika muncul pernyataan bahwa Firman itu menjadi manusia (bukan menjadi kitab)? Bagi orang yang mengandalkan logika tentu
sangat sulit untuk menerima pernyataan tersebut. Bagaimana mungkin hal itu terjadi. Tetapi justru disinilah Tuhan menunjukkan
kemahakuasaanNya: bahwa Allah tidak bisa
dibatasi dengan logika manusia, melainkan melampaui logika itu sendiri. FIRMAN ALLAH MENJADI KITAB ADALAH LOGIKA, TETAPI
FIRMAN ALLAH MENJADI MANUSIA ADALAH MUJIZAT.
Ketika
kita berkata Yesus adalah Firman Allah (Kalimat Allah), kita kita perlu menyadari bahwa hal itu telah
terjadi. Firman itu (Kalimat Allah) telah menjadi manusia. Dan karena itulah
Yesus disebut Anak Allah dan memiliki kesetaraan dengan Allah. Dengan sangat
jelas Paulus menuliskan peristiwa ini dalam Filipi 2:6-7 “yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Penutup
Tulisan ini tidaklah dimaksudkan untuk
membahas tuntas tentang doktrin Tritunggal, tetapi merupakan usaha penulis
untuk mengungkapkan sisi-sisi yang terabaikan dalam penjelasan-penjelasan yang
diberikan oleh gereja Kristen di seluruh dunia mengenai imannya. Namun tulisan ini juga merupakan usaha
penulis untuk membawa ke dalam kesadaran pembaca bahwa ada kendala logika
dalam memahami dan menerima penyataan Allah yang esa kepada manusia melalui Firman dan Rohnya.
Batam, 22 Juni 2015
Daftar Pustaka
Berkhof,
H. dan I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta
BPK Gunung Mulia, 1995
Erickson,
Millard J. , Teologi Kristen Vol I. Malang: Gandum Mas, 2004
Hadiwijono,
Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009
Lohse,
Bernhard, Pengantar Sejarah Dogma Kristen
dari Abad Pertama sampai dengan Masa Kini, diterj. oleh Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.
Soedarmo, R. Ikhtisar
Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1996.
Shalom bapak, ibu saudara/i di manapun berada. Apakah Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan pernah juga dikutip oleh Yesus di dalam Injil Markus 12 : 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani di Indonesia sebagai Yesus Kristus ) berikut ini
BalasHapusTeks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שְׁמַ֖ע ( Shema ) יִשְׂרָאֵ֑ל ( Yisrael ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֱלֹהֵ֖ינוּ ( Eloheinu ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֶחָֽד ( ekhad )
”
Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו, לעולם ועד ” ( " barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed " ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya " ). Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?.
🕎✡️👁️📜🕍🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️☁️☀️⚡🌧️🌈🌒🌌🔥💧🌊🌬️🏞️🗺️🏡⛵⚓👨👩👧👦❤️🛐🤲🏻🖖🏻🌱🌾🍇🍎🍏🌹🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍₪🇮🇱⛪