ANTARA
KEDAULATAN DAN KEMAHATAHUAN ALLAH
Oleh:
Calvin Dachi
1. PENDAHULUAN
Salah
satu perdebatan klasik di antara gereja-gereja hasil reformasi adalah tema di
seputar predestinasi (bahasa latin prae-destinatio, penentuan sebelumnya). Calvin sendiri mendefinisikan predestinasi
sebagai “keputusan Allah yang kekal yang dengannya Ia menetapkan untuk diriNya
sendiri, apa yang menurut kehendakNya akan terjadi atas setiap orang” (Inst.
III, xxi, 5). Dalam ajaran tentang
predestinasi dijelaskan bahwa orang percaya hanya diselamatkan karena mereka
dipilih oleh Allah untuk diberi keselamatan.
Sementara itu dibicarakan juga … bahwa ada orang yang ditolak oleh Allah
sehingga mereka tidak diselamatkan. Jadi
predestinasi Calvin mencakup pemilihan (election)
maupun penolakan (reprobation). “Sebab tidak semua orang diciptakan dalam
keadaan yang sama; tetapi untuk yang satu ditentukan kehidupan kekal, untuk
yang lain hukuman abadi.” (ibid.).[1]
Dalam sejarah, kemudian muncul tokoh
lain yang bernama Arminius, seorang pendeta gereja Calvinis Belanda yang
kemudian menolak doktrin predestinasi versi Calvinism. Dua aliran besar muncul di sini, yaitu
Calvinism dan Arminianism. Kedua aliran
teologi ini sama-sama mengakui adanya penetapan Allah yang memilih orang-orang
untuk diselamatkan sebelum dunia dijadikan.
Hal yang membedakan keduanya adalah apakah ketetapan Allah untuk memilih
itu berlandaskan semata-mata pada kehendak Allah yang mutlak berdaulat
(Calvinisme) atau juga berlandaskan pada
pengetahuanNya sebelumnya mengenai jasa dan iman dalam diri orang yang terpilih
(Arminianisme)[2]. Dalam hal ini perlu disadari bahwa
Arminianisme tidak menolak kedaulatan Allah, tetapi menyatakan bahwa kedaulatan
Allah untuk memilih justru disebabkan oleh pengenalanNya atas orang-orang
pilihan.
2. DUA PANDANGAN KLASIK
Untuk
mendapat pemahamaan yang lebih baik, berikut penulis membuat deskripsi singkat
tentang dua pandangan klasik teologi di seputar permasalahan ini.
A. Arminianism
Pada abad ke 17, Arminius menentang ajaran Calvin. Para pengikutnya
merumuskan Lima
Pokok Arminianism (Sinergism)
a. Kehendak Bebas (Free Will)
Sekalipun manusia dipengaruhi secara
serius oleh kejatuhan dalam dosa, itu tidak menghilangkan kemampuan rohani
manusia secara total. Masing-masing
manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih yang baik atas yang jahat dalam perkara
rohani.
b. Pemilihan bersyarat
Pilihan Allah atas pribadi-pribadi
tertentu yang diselamatkan adalah terjadi sebelum dunia diciptakan, didasarkan
pada pengetahuanNya sebelum respon mereka kepada panggilanNya nanti. Ia memilih hanya
mereka yang Ia tahu akan berespon kepada Injil.
c. Penebusan tidak terbatas
karya penebusan Kristus memungkinkan setiap orang diselamatkan, tetapi
tidak menjadi jaminan secara aktual mengenai keselamatan setiap orang. Sekalipun Kristus mati untuk semua orang dan
untuk setiap orang, namun hanya mereka yang percaya kepadaNya akan
diselamatkan.
d. Roh Kudus dapat ditolak secara efektif
Roh Kudus memanggil semua orang yang
dipanggil oleh undangan Injil. Roh Kudus dapat membawa orang kepada
keselamatan. Tetapi manusia dapat
menolak panggilan Roh Kudus. Roh Kudus tidak dapat membuat seseorang lahir baru
sampai orang berdosa itu akhirnya percaya.
e. Murtad
Keselamatan bisa hilang melalui
kejatuhan (murtad) karena tidak memelihara iman dan hidup
saleh.
B. TULIP versi Calvinisme
Untuk menjawab Arminianisme, para pengikut merumuskan penolakan mereka
atas arminianism dengan pengakuan iman yang tediri dari lima pokok utama yang secara ringkas disingkat dengan akronim
TULIP, yaitu Total Depravity (Ketidakmampuan atau kerusakan total),
Unconditional Election (Pemilihan tidak bersyarat), Limited Atonement
(Penebusan terbatas), Irresistible Grace or Effacacious Grace (Anugerah yang
tidak dapat ditolak), Perseverance of the saints.[3]
a. Total Deprevity or Inability
(Ketidakmampuan atau kerusakan total
Kejatuhan Adam membuat manusia tidak
berdaya secara total, bahkan tidak mampu membuat dirinya percaya kepada
Injil. Ia butuh Roh Kudus untuk menolong
dirinya untuk datang kepada Kristus.
Dalam hal ini, iman bukanlah sesuatu yang menjadi kontribusi manusia,
melainkan iman itu sendiri merupakan bagian dari karunia keselamatan, pemberian
Allah atas orang berdosa (Ef 2:8-9)
b. Unconditional Election
(Pemilihan Tidak Bersyarat)
Pilihan Allah atas pribadi-pribadi tertentu terjadi sebelum dunia dijadikan
dan itu berdasarkan kehendakNya sendiri. Bukan berdasarkan pada tanggapan atau
ketaatan yang dilihat jauh sebelumnya, melainkan didasarkan pada Allah.
c.Limited Atonement (Penebusan
Terbatas)
Karya penyelamatan Kristu dimaksudkan
untuk menyelamatkan orang pilihan saja dan secara aktual merupakan jaminan
keselamatan bagi mereka.
d. Irresistible Grace or
Efficacious Grace (Anugerah yang tidak dapat Ditolak)
External call, yaitu
panggilan Injil, yang dikenal sebagai panggilan umum kepada keselamatan, yang
ditujukan kepada semua orang yang mendengar Injil.
Internal call, yaitu
panggilan Injil dibuat efektif oleh Roh Kudus kepada orang pilihan Allah
sehingga ia dilahirkan baru dan beriman kepada Tuhan Yesus. Roh Kudus menyebabkan orang pilihan tidak
bisa menolak, melainkan past menghasilkan pertobatan.
e. Perseverance of the Saints
Mereka dipelihara oleh Roh Kudus yang
memeteraikan mereka sebagai milik sah yang tidak bisa diganggu gugat lagi. Roh Kudus adalah jaminan keselamatan orang
pilihan (Ef 1:12-14; 1 Pet 1:3-6).
ñ Berdasarkan TULIP di atas, maka predestinasi yang dianut
oleh Calvinisme adalah predestinasi ganda. Penebusan yang
dianut adalah penebusan terbatas.
ñ Keselamatan adalah anugera Allah dan tidak sedikitpun
usaha atau peran manusia di dalamnya.
ñ Keselamatan tidak mungkin gagal, karena keselamatan itu
dikerjakan dengan sempurna oleh Kristus di kayu salib. Jadi tidak ada konsep murtad bagi orang
pilihan Allah.
Menurut Millard J. Erikson[4],
ada beberapa konsep utama dari teologi Calvinism ini. Konsep pertama adalah antropologi Calvinism
yang berpendapat bahwa manusia telah mengalami ketidakmampuan atau kerusakan
toal akibat dosa. Istilah ketidakmampuan
menunjukkan bahwa manusia berdosa tidak mampu berbuat baik atau bertobat dengan
kekuatannya sendiri.
Konsep utama kedua calvinisme adalah
kedaulatan Allah. Allah sebagai pencipta
dan Tuhan atas segala sesuatu, dan sebagai akibatnya Allah bebas untuk
melakukan apa saja yang dikehendakiNya.
Konsep kedaulatan Allah yang dipadukan dengan ketidakmampuan manusia
adalah dasar dari doktrin pemilihan calvinisme.
C. Pemilihan Bersyarat (Arminianism) dan
Pemilihan Tidak bersyarat (Calvinism)
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa
menurut Arminianisme, Pilihan Allah atas pribadi-pribadi tertentu yang diselamatkan
adalah terjadi sebelum dunia diciptakan, didasarkan pada pengetahuanNya sebelum
respon mereka kepada panggilanNya nanti.
Ia memilih hanya mereka yang Ia tahu akan berespon kepada
Injil. Sedangkan menurut calvinism, pilihan
Allah atas pribadi-pribadi tertentu terjadi sebelum dunia dijadikan dan itu
berdasarkan kehendakNya sendiri. Bukan berdasarkan pada tanggapan atau ketaatan
yang dilihat jauh sebelumnya. Sehubungan
dengan itu, perlu dijernihkan disini bahwa baik calvinism maupun arminianism
sama-sama percaya bahwa Allah telah memilih orang-orang tertentu sebelum. Yang membedakan keduanya adalah dasar pilihan
Allah atas orang-orang pilihannya
Calvinism
|
Arminianism
|
|
KESAMAAN
|
Pilihan Allah terjadi sebelum dunia diciptakan
|
Pilihan Allah terjadi sebelum dunia diciptakan
|
PERBEDAAN
|
Kehendak Allah
|
Kemahatahuan Allah
|
D. Beberapa keberatan reformed/Calvinism terhadap
Arminianism
Golongan
calvinis berpendapat bahwa pemilihan adalah tindakan Allah yang berdaulat yang
dengannya Ia memilih dari antara umat manusia yang berdosa beberapa orang untuk
menerima kasih karuniaNya yang khusus
yang mengerjakan keselamatan. Tindakan
ini diambil semata-mata karena Allah senang melakukannya dan sama sekali tidak
disebabkan oleh sesuatu jasa dalam diri
orang-orang yang terpilih.[5] Berdasarkan pendekatan ini, pengetahuan sejak
semula itu bukanlah sekedar pengetahuan atas hal-hal yang belum terjadi, tetapi
lebih dekat kaitannya dengan tindakan memilih.
Pengetahuannya sejak semula itu adalah sama dengan pilihanNya. Selanjutnya istilah “tahu” sering kali
mengandung pikiran “mengetahui atau mengenal dengan baik sekali”, “mengenal dan menghargai”, “mengenal dengan kasih sayang”. Contohnya:
dalam PL Allah berfirman “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di
muka bumi” (Amos 3:2). Dalam PB Yohanes
menulis “dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita
menuruti perintah-perintah-Nya” (1 Yoh
2:3).
Argumentasi lain dari Calvinism adalah
berdasarkan Roma 9:10-16 yang berkata bahwa Allah telah memilih Yakob dan bukan Esau, bahkan sebelum mereka lahir
dan sebelum mereka berbuat yang baik atau yang jahat. Menurut Calvinism, nats ini merupakan bukti
bahwa pemilihan itu dilakukan sepenuhnya berdasarkan kedaulatan Allah dan bukan
kemahatahuan Allah.
E. Beberapa keberatan Arminianisme terhadap teologi
reformed/calvinism
a. Keberatan pertama yang kiranya perlu dicatat
di sini adalah keberatan dari Arminius sendiri yang mengatakan bahwa pemilihan
tak bersyarat dari Calvinism secara tidak langsung menganggap bahwa orang bisa
selamat tanpa Kristus. Hal ini jelas
bertentangan dengan pernyataan Alkitab.
b.
Thiessen berkata doktrin ini menjadikan pengetahuan sejak semula dan pemilihan
benar-benar sama. Ada yang menegaskan
bahwa melihat sesuatu yang belum terjadi hanya berarti mengetahui bahwa sesuatu
akan terjadi sesungguhnya. Allah sudah
tahu sebelumnya bahwa dosa akan memasuki dunia,
tetapi bukan Allah yang menyebabkan dosa masuk, Ia hanya
mengizinkannya.
b. Lebih lanjut Thiessen mengkritisi calvinisme
dengan berkata bahwa bila pemilihan dibatasi oleh Allah, maka pendamaian harus
juga dibatasi. Akan tetapi pandangan ini
bertolak belakang dengan banyak ayat Alkitab yang mengajarkan pendamaian tidak
terbatas (Yoh 1:29; 3:16; I Tim 2:6; Ibr
2:9; 1 Yoh 2:2). Manusia tetap
bertanggung jawab bila menolak pendamaian. Keselamatan tersedia bagi semua
orang, itu tidak terbatas. Namun
keselamatan tersebut secara efektif dibatasi oleh penolakan manusia.
3. MENYELIDIKI DASAR BIBLIKA ARMINIANISM
Rumusan
permasalahan dalam bagian ini adalah: Apakah
Roma 8:29 bicara tentang Pengetahuan Allah Sebelumnya atau Murni Pemilihan
Allah tanpa melibatkan pengetahuan sebelumnya?
Sejak munculnya arminianisme, penganut
calvinisme dengan tegas menolak ajaran bahwa pilihan Allah atas orang-orang
pilihan didasarkan pada kemahatahuan Allah.
Dengan demikian pertanyaan dasar terhadap keabsahan teologis arminianisme
adalah apakah ada dasar Alkitab bahwa pemilihan Allah berdasarkan pengetahuanNya
sebelumnya? Umumnya penganut Arminianism
menegaskan bahwa dasar pilihan Allah adalah kemahatahuan Allah dengan
mendasarkan diri pada Roma 8:29 dan 1 Petrus 1: 1-2. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis
secara khusus membahas tentang Roma 8:29
A. Memeriksa terjemahan Roma 8:29
Roma
8:29 (TB-LAI)
“Sebab
semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari
semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara
banyak saudara.”
Sebelum
melanjutkan pembahasan ini, penulis memandang perlu untuk terlebih dahulu melihat kembali teks aslinya
dalam bahasa Yunani.
Roma
8:29
ὅτι
οὓς προέγνω, καὶ προώρισε συμμόρφους τῆς εἰκόνος τοῦ υἱοῦ αὐτοῦ,
εἰς τὸ εἶναι αὐτὸν πρωτότοκον ἐν πολλοῖς ἀδελφοῖς
Frasa “semua orang yang dipilihNya dari
semula” versi TB-LAI adalah berasal dari
kata προέγνω (proegno). Kata ini adalah
kata kerja indicative aorist active orang ke 3 tunggal dari
kata προγινωσκω (proginosko). Terjemahan
harfiahnya seharusnya sebagai berikut
“Sebab
orang-orang yang Dia pernah mengenal sebelumnya, juga Dia pernah menentukan
dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, AnakNya
itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” (terj. Penulis)
Salah
seorang teolog reform bernama Dave Hagelberg menerjemahkan sbb.:
“Sebab
mereka yang dikenal-Nya dari semula,
juga ditentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak
saudara”
Problema
penerjemahan yang muncul disini adalah berkaitan dengan kata προέγνω (proegno)
(yang berasal dari kata προγινωσκω (proginosko)). Kata ini sebenarnya dipakai di berbagai ayat
dalam PB misalnya dalam 1 Pet 1:20; 2 Pet 3:17 Ro 8:29; 11:2 Ac 26:5. Namun kata ini telah
diterjemahkan dengan tidak konsisten oleh TB-LAI. Dalam 1 Pet 1:20 TB LAI menerjemahkan προγινωσκω (proginosko)
dengan “telah dipilih sebelum” sedangkan
2 Pet 3:17 telah mengetahui sebelumnya,
dan dalam Kis 26:5 diterj. mengenal. Penulis
menyadari bahwa pembaca Alkitab berbahasa Indonesia sudah sangat terbiasa
dengan terjemahan TB-LAI. Sayangnya ada
beberapa bagian dari teks Alkitab versi TB-LAI yang kelihatannya sangat
dipengaruhi oleh dogma yang dianut oleh para pakar TB-LAI. Salah satu di antaranya adalah penerjemahan
kata προγινωσκω (proginosko) yang akan penulis bahas lebih lanjut di bawah ini.
B. Penafsiran atas Roma 8:29
Penafsiran
Roma 8:29 cukup sengit di kalangan reformed dan arminianism. Ada perdebatan antara teolog-teolog Calvinism
dengan teolog arminianism dan teolog biblika.
Dalam penafsiran mengenai Roma, Dave Hagelberg secara khusus membuat
catatan kaki mengenai kata προγινωσκω (proginosko). Dia mengatakan bahwa secara harfiah
proginosko, berarti “mengenal
sebelumnya”. Perlu dimengerti
bahwa dalam bahasa Ibrani dan Yunani istilah “mengenal” dapat mempunyai arti
yang jauh lebih dalam. Lihat, misalnya,
Kejadian 18:19, Yeremia 1:5; Amos 3:2, di mana istilah “mengenal” berarti
“memilih” (Cranfield, hal 431).
Itulah sebabnya LAI menerjemahkannya, “dipilih-Nya dari semula …”. Cranfield mengerti bahwa awalan pro dipakai
karena pilihan Allah terjadi sebelum dunia diciptakan, sesuai dengan Efesus 1:4
dan 2 Timotius 1:9. Kata ini hanya
dipakai dalam Kisah Para Rasul 26:5; Roma 8:29; 11:2; 1 Petrus 1:20; 2 Petrus
3:17. Kata benda prognosis hanya dipakai
dalam Kisah Para Rasul 2:23 dan 1 Petrus 1:2.[6]
Penjelasan Hagelberg ini dengan
mengatakan bahwa istilah “mengenal” berarti “memilih” dengan alasan bahwa dalam
bahasa Ibrani dan Yunani istilah “mengenal” dapat mempunyai arti yang jauh
lebih dalam. Berdasarkan argumentasi ini
kemudian Hagelberg mengatakan dalam tafsirannya:
“Dua
ayat ini, Roma 8:29-30, memggambarkan sebuah rantai yang terdiri dari lima mata
rantai. Mata rantai yang pertama
menceritakan semua orang yang dikenal
dari semula. Paulus tidak berkata
bahwa oleh karena Allah mengetahui segala sesuatu mengenai apa yang akan kita
lakukan, maka ia menentukan kita untuk menjadi anak-anak-Nya. Istilah mengenal dalam Alkitab sering kali
berarti “memilih”. Sebelum kita
melakukan apa-apa Ia sudah memilih kita, karena kasih karunia-Nya.[7]
Menanggapi
tafsiran Hagelberg, penulis berpendapat bahwa kita perlu menyelidiki sejauhmana
argumentasi Hagelberg ini dapat diterima.
Untuk itu ada beberapa pertimbangan:
1. Baik
dalam bahasa Yunani maupun bahasa ibrani ada istilah khusus untuk memilih. Jika yang dimaksud oleh Paulus adalah memilih
tanpa ada kaitannya dengan pengetahuan atau pengenalan Allah sebelumnya, Paulus bisa memakai kata εκλεγομαι. Kata ini dipakai misalnya dalam Mark 13:20; Luk 9:35; 10:42; Yoh 15:16; Kis15:22, 25; Ef 1:4; Yak 2:5. Tapi ternyata Paulus tidak menggunakan kata εκλεγομαι
ini.
2. Demikian
juga dalam PL, bahasa Ibrani memiliki kosa kata yang berbeda antara “mengenal”
dan“memilih”. Kata memilih dalam bahasa
Ibrani adalah בחר (bakhar). Sedangkan kata
mengenal atau mengetahui dalam bahasa Ibrani adalah ידע
(yada). Pertanyaan yang sama juga bisa
diajukan untuk Yeremia 1:5 dan Amos 3:2.
Jika kata mengenal berarti memilih tanpa adanya hubungan dengan
pengetahuan Allah sebelumnya, mengapa penulis Yeremia dan Amos tidak memakai
kata בחר (bakhar)?
Oleh
karena itu penulis akan menelusuri kembali makna kata ini, baik dalam bahasa
Yunani maupun dalam bahasa Ibrani.
C. Pemakaian Yada[8]
Dalam Theological Dictionary of the Old Testament (TDOT) Vol V dijelaskan bahwa ternyata dalam PL
pengenalan Allah berkaitan dengan berbagai aspek. Dalam Am 3:2 ditemukan bahwa yada (mengenal) merupakan ungkapan untuk
hubungan khusus antara Yahweh dengan Israel atau untuk membuat pemilihan. Berdasarkan penjelasan TDOT, penulis
berpendapat bahwa pandangan Hagelberg dan Calvinism pada umumnya bahwa sama
sekali tidak ada unsur pengetahuan/penganalan dalam pemilihan Allah sama sekali
tidak bisa dipertahankan. Bunyi Amos 3:2
“Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan
menghukum kamu karena segala kesalahanmu.”
Pengenalan Yahweh ditegaskan dengan anak kalimat “sebab itu Aku akan
menghukum kamu”. Jadi TDOT memperlihatkan Unsur pengetahuan Allah dalam
istilah yada/mengenal sama sekali
tidak hilang dalam pemilihan yang dilakukan oleh Allah tetapi menyertai
tindakan pemilihan tersebut.
Lebih
jauh TDOT juga menjelaskan bahwa Dalam Kel 33:12, 17 Yahweh berkata kepada
Musa: “Aku mengenal (yada) namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di
hadapan-Ku.” Dalam hal ini “mengenal
namamu parallel dengan mendapat kasih karunia.”
Berdasarkan penjelasan ini, sekali lagi perlu diingatkan bahwa kata yada (mengenal) tidak lah berubah
maknanya menjadi “mendapat kasih karunia”.
Semua penjelasan di atas membuktikan
bahwa memang benar kata yada
(mengenal) memiliki makna yang lebih dalam tapi—bukan seperti yang dikatakan
penganut Calvinism—kata yada tidak
identik dengan pemilihan, melainkan berhubungan dengan pemilihan.
D. Pemakaian προγινωσκω
(proginosko)
Dalam Theological
Dictionary of the New Testament (TDNT) 1, hal
715 dikatakan bahwa kata kerja προγινωσκω (proginosko) beerarti
"to know in advance," and in
the NT it refers to God's foreknowledge as election of his people (Rom 8:29;
11:2) or of Christ (1 Peter 1:20), or to the advance knowledge that believers
have by prophecy (2 Peter 3:17). Another possible meaning is "to
know before the time of speaking," as in Acts 26:5. The noun is used by
the LXX in Jdt 9:6 for God's predeterminative foreknowledge and in Jdt
11:19 for prophetic foreknowledge; Justin uses it similarly in Dialogue with Trypho 92.5 ; 39.2 .[9]
Berdasarkan penjelasan TDNT di atas,
terlihat bahwa προγινωσκω (proginosko) secara luas dipergunakan dalam
pengertian pengetahuan sebelumnya. Lebih
lanjut TDNT mengatakan bahwa
In the NT προγινωσκέιν is referred to
God. His foreknowledge, however, is an election or foreordination of His people
(Rom 8:29; 11:2) or Christ (1 Peter 1:20) (γινωσκω , 698; 706).
Walaupun TDNT mengatakan pengetahuan
sebelumnya ini adalah sebuah pemilihan atau penentuan sebelumnya, TDNT sedikitpun tidak menghilangkan adanya
unsur pengetahuan Allah sebelumnya dalam pemilihan dan penentuan Allah
tersebut. Sedangkan dalam Exegetical
Dictionary of the New Testament dikatakan sbb.:
In
the context of the theme “life in the Spirit as a position in hope” (8:18-30),
Rom 8:29 emphasizes that the Christian lives in the knowledge that “those whom
(God) foreknew he predestined to be conformed to his Son’s image” and that “in
everything God works for the good.”
“This ‘knowledge’ includes for Paul a recognition and appropriation …”
The same idea occurs in 11:2: God has not rejected Israel forever (v. 2a: his
people), since he foreknew them (v. 2b).
That is, he knew Israel from the very beginning and accepted it as his
people.[10]
Kutipan di atas
memperlihatkan bahwa dalam konteks tema “hidup dalam Roh sebagai sebuah posisi berpengharapan”
(8:18-30), Roma 8:29 menekankan bahwa orang Kristen hidup hidup dalam
pengetahuan bahwa “mereka yang Allah kenal sebelumnya dia tetapkan untuk
menjadi serupa dengan gambar AnakNya” dan bahwa “dalam segala sesutau Allah
bekerja untuk kebaikan.” Penjelasan ini
meneguhkan kembali argumentasi penulis bahwa προγινωσκω (proginosko) tidak
dapat diidentikkan dengan pemilihan Allah sebelumnya, tetapi ada keterkaitan
yang kuat antara keduanya. Pemilihan
Allah rupanya tetap berhubungan dengan pengetahuan Allah sebelumNya. Dengan demikian, dalam PB juga kita melihat
adanya hubungan antara kemahatahuan Allah dengan pemilihanNya.
Dengan demikian sampailah penulis pada
makna Roma 8:29 “Sebab orang-orang yang
Dia pernah mengenal sebelumnya, juga Dia pernah menentukan dari semula untuk
menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang
sulung di antara banyak saudara.” (terj.
Penulis) Berdasarkan uraian di atas, tidak
ada keraguan sedikitpun bahwa orang-orang yang ditetapkan Allah untuk untuk
menjadi serupa dengan gambar Yesus adalah orang-orang yang sudah
dikenalNya/diketahuiNya sebelumnya.
Dengan demikian, urut-urutannya adalah sebagai berikut: Orang-orang yang Allah kenal/ketahui sebelumnya
kemudian Allah tetapkan untuk menjadi serupa dengan gambar Yesus. Sama sekali tidak ada dasar yang kuat untuk
menghilangkan unsure pengenalan dan pengetahuan dalam Roma 8:29.
4. KESIMPULAN
Dari penyelidikan yang dilakukan di
atas, maka tibalah saatnya untuk menjawab pertanyaan Apakah Roma 8:29 bicara
tentang pengetahuan Allah sebelumnya atau murni pemilihan Allah tanpa
melibatkan pengetahuan sebelumnya? Dalam
penafsiran, alangkah baiknya jika kita mencoba untuk membuka diri kepada teks
dan membiarkan teks berbicara kepada kita.
Penulis menyadari bahwa pembaca Alkitab berbahasa Indonesia sudah sangat
terbiasa dengan terjemahan TB-LAI tanpa menyadari bahwa penerjemahan juga
sering dipengaruhi oleh dogma yang dianut oleh penerjemahnya. Menelusuri makna sebuah ayat atau kata
melalui bahasa aslinya akan sangat membantu kita untuk keluar dari perangkap
dogmatis serta memperkaya pemahaman kita akan kebenaran Firman Tuhan.
Penelusuran arti kata mengenal baik
dalam bahasa Ibrani maupun dalam bahasa Yunani di atas memperlihatkan bahwa
ternyata ada hubungan antara pengetahuan Allah sebelumnya dengan pemilihan yang
dilakukanNya sebelum dunia dijadikan. Dalam
Roma 8:29 kita bisa membaca “Sebab orang-orang yang Dia pernah mengenal
sebelumnya, juga Dia pernah menentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan
gambaran Anak-Nya” memiliki arti bahwa pengetahuan/pengenalan
Allah mendahului pemilihan dan ketetapan.
Dalam kekekalan Allah sudah mengetahui manusia ciptaanNya dan memakai
pengetahuanNya itu untuk untuk memilih orang-orang pilihanNya.
[1] Christiaan De Jonge, Apa itu Calvinisme? Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2001, hlm 60.
[2] Millard J. Erickson, Teologi Kristen: Volume Dua. Malang: Gandum Mas, 2003. Hlm 524.
[3] Stevri I. Lumintang, Theologia dan Misiologia Reformed: Menuju kepada Pemikiran Reformed &
Menjawab Keberatan. Batu: Departemen
Literatur PPII, 2006, hlm 295 - 297
[4] Millard J. Erickson, Teologi Kristen: Volume Tiga. Malang: Gandum Mas, 2003, hlm. 111-
[6] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani, Bandung:
Kalam Hidup, 2004. Hlm 163.
[7] Hagelberg, ibid, hlm 164
[8] G. Johannes Botterweck dan
Helmer Ringgren, Theological Dictionary
of the Old Testament. Vol V. Grand
Rapid, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1986. Hlm 468-469.
[9] Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich (ed.), THEOLOGICAL DICTIONARY of the NEW TESTAMENT. Translated
by Geoffrey W. Bromiley. Vol I, p 715.
[10]
Horst Balz and Gerhard Schneider (ed.),
Exegetical Dictionary of the New Testament, Volume 3. Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1993 Hlm 153
Tidak ada komentar:
Posting Komentar