Oleh: Calvin Dachi, MAIE, MTh.
Pendahuluan
Orang-orang Pentakosta
pertama, dalam pengertian modern, dimulai di sekolah Alkitab Bethel milik Charles
Fox Parham di Topeka, Kansas, USA tahun
1901. Akibat Pentakosta di Topeka ini,
Parham merumuskan bahwa bahasa roh adalah
”bukti alkitabiah” dari baptisan dalam Roh Kudus. Doktrinnya bahwa bahasa roh merupakan “bukti
Alkitab” dari baptisan Roh Kudus akan langsung mendorong kepada kebangunan
Azusa Street tahun 1906 dan terciptanya gerakan Pentakosta sedunia.
CHARLES
FOX PARHAM
|
Charles
Fox Parham dilahirkan di Muscatine, Iowa, 4 Juni 1873. Selama masa muda, ia mengidap penyakit
kronis, berada di tempat tidur selama berbulan-bulan pada waktu itu. Pada waktu itu dia percaya bahwa dia
dipanggil untuk pelayanan dan mulai membaca dan mempelajari Alkitab secara
luas. Parham masuk ke sebuah sekolah Metodis,
Southwestern College di Winfield, Kansas, pada tahun 1889. Sesaat dia mulai
belajar dalam ilmu kedokteran, seketika itu juga diserang oleh penyakit. Kemudian Parham menerima sebuah pewahyuan
yang mengatakan kepadanya bahwa pendidikan formal itu adalah penghalang bagi
pelayanannya, sehingga dia segera keluar dari sekolah itu. Tepat pada saat itu, dia kemudian
melaporkan, bahwa Allah dengan ajaib menyembuhkan dia secara sempurna.
Parham kemudian menjadi
pengkhotbah kekudusan yang independen dan memulai karir sebagai pengajar
keliling dan penginjil. Pada
waktunya, dia mendirikan berbagai pelayanan misi kesembuhan ilahi dan
pengajaran yang semuanya beroperasi
bermodalkan iman.
Jasa Parham adalah meletakkan dasar-dasar teologis dan pengalaman
bagi kebangunan rohani Azusa Street yang kemudian dan praktek Pentakosta
modern.
Parham dihormati sebagai orang pertama yang
memberikan argumentasi teologis bahwa:
1. bahasa lidah adalah
selalu merupakan bukti awal dari seseorang yangmenerima baptisan Roh Kudus.
2. mengajar bahwa baptisan
ini, termasuk bahasa roh yang dihasilkan, seharusnya dilihat sebagai bagian
dari pengalaman setiap orang kristen, digunakan untuk kehidupan normal dan
penyembahan, bukan hanya sesuatu yang akan terlihat selama masa-masa kegairahan
agama yang besar.
3. mengajarkan kebutuhan
untuk dibaptis dalam Roh Kudus sebagai satu-satu jalan untuk terhindar dari
Tribulasi besar pada akhir zaman yang sedang datang
4. bahwa berbicara dalam
bahasa roh adalah satu-satunya jaminannya.
Charles
Fox Parham adalah seorang pioneer diberbagai bidang.
•
Menciptakan tiga
nama yang secara tradisional diterapkan untuk Pentakostalisme modern termasuk
“Pentecostal Movement (Gerakan Pentakosta),” “Latter Rain Meovement (Gerakan
Hujan Akhir),” dan “Apostolic Faith Movement,”
yang semuanya muncul dalam judul dari terbitan pertamanya tentang kisah
hari Tahun Bari di Topeka, “The Latter Rain: The Story of the Origin of the
Original Apostolic Faith or Pentecostal Movements.”
• Dialah pendiri dari suratkabar Pentakosta pertama dan
yang kemudian menjadi model suratkabar Pentakosta ketika ia mulai menerbitkan Apostolic
Faith pada 1899.
SEKOLAH
ALKITAB TOPEKA KANSAS
|
Pada tahun 1898, Parham
tinggal Topeka, Kansas, dimana dia mendirikan Bethel Bible School dan Healing
Home (Rumah Penyembuhan). Pada bulan
Des 1900, Parham meminta murid-muridnya untuk meneliti Alkitab dan melihat jika
mereka dapat melihat satu tanda khusus dari baptisan Roh Kudus. Sementara dia jauh dari Kansas City untuk
khotbah selama tiga hari, murid-muridnya melalui puasa, doa dan pelajaran Alkitab
memutuskan dengan suara bulat bahwa berbicara dalam bahasa roh merupakan bukti
satu-satunya dan bukti awal yang alkitabiah dari baptisan Roh Kudus.
Ketika
Parham kembali, dia mendengar jawaban murid-muridnya atas pertanyaannya. Dia
memutuskan melakukan ibadah malam Tahun
Baru yang panjang pada 31 Desember 1900.
Selama ibadah ini, salah seorang dari muridnya, Agnes N. Ozman meminta
Parham untuk meletakkan tangannya ke atasnya dan berdoa baginya agar menerima
baptisan Roh Kudus dikuti dengan bukti berbicara dengan bahasa-bahasa lain.
Di kemudian hari, Parham mengatakan:
Saya meletakkan tanganku ke atasnya dan berdoa. Saya belum selesai berdoa … sebuah kemuliaan
turun atasnya, sebuah lingkaran bulan mengelilingi kepala dan wajahnya, dan dia
mulai berbicara dalam bahasa Cina dan tidak dapat berbicara dalam bahasa
Inggris selama tiga hari. Ketika dia
mencoba menulis dalam bahasa Inggris untuk memberitahukan kepada kami
pengalamannya, dia menulis dengan bahasa Cina, yang copinya masih kita miliki
dalam surat-surat kabar yang dicetak pada saat itu.
Kemudian diklaim, bahwa
murid-muridnya berbicara dalam dua puluh satu bahasa yang dikenal, termasuk
Swedia, Rusia, Bulgaria, Jepang, Norwegia, Perancis, Hungaria, Italia, dan
Spanyol. Menurut Parham, tidak seorang
pun dari murid-muridnya pernah pelajari salah satu dari bahasa tersebut, dan
semua bahasa itu telah dikonfirmasi oleh native speaker sebagai bahasa asli
mereka.
Memiliki
sebuah doktrin dan pengalaman, Parham menutup pekerjaan imannya di Topeka dan mulai
mengadakan perjalanan kebangunan rohani yang bertahan lebih dari empat
tahun. Mengalami sedikit kesusksesan
pada awalnya, dia meneruskannya bahwakan ketika sebagian besar pengikutnya
meninggalkannya. Akhirnya, di Galena
Kansas, api yang telah berusaha ia nyalakan terpegang. Didorong oleh laporan-laporan mujizat
kesembuhan dan mujizat-mujizat lainnya, kebangunan rohani membawa
pengikut-pengikut yang baru dan kerumunan orang banyak.
Pada tahun 1905 Parham sekali lagi mendirikan sebuah
sekolah Alkitab di Houston, Texas. Sekolahnya di Houston ini hanya memiliki
sekitar 25 murid, salah seorang di antaranya adalah William J. Seymour, yang
kemudian ditentukan untuk menghantarkan Kebangunan Rohani Azusa Street. Parham juga mengeluarkan surat rekomendasi
pelayanan untuk Seymour dan banyak lainnya yang kemudian menjadi figur
terkemuka dalam Kebangunan Rohani yang sedang datang.
Azusa Street
Pada tahun 1906,
Pentakostalisme mendapat perhatian seluruh dunia melalui kebangunan
rohani di Azusa Street di Los Angeles,
dipimpin seorang gembala bernama William Joseph Seymour. Seymour pertama kali belajar mengenai
baptisan dalam Roh Kudus dengan bahasa lidah tahun 1905 di sebuah sekolah Alkitab yang
dipimpin oleh Parham di Houston, Texas.
|
Los Angeles
tahun 1906
Pada tahun 1905, gelombang goncangan rohani yang
telah melanda Topeka dan Houston mulai terasa di Los Angeles. Sebelumnya, pada
tahun 1885, di Los Angeles, anggota-anggota gereja Fort Street Methodist
Church (Northern Convention) keturunan Afrika-AMerika memisahkan diri mereka
dan mendirikan Second Baptist Church. Pada tahun 1906, seorang anggota Second
Baptist Church, Julia Hutchins, mulai mengajar doktrin kekudusan tentang
penyucian/pengudusan sebagai karya anugerah yang terpisah sesudah anugerah
keselamatan, sesudah dia mengalami pengalaman dramatis berkat kedua. Ajarannya diterima dengan semangat oleh mereka yang di
dalam jemaat itu mencari sentuhan dari Allah. Ketika pertumbuhan kelompok kekudusan
menjangkau lebih banyak jiwa di jemaat itu, pastornya meminta Sister Hutchinson
dan para pengikutnya untuk meninggalkan gereja itu.
Kelompok
kecil yang terdiri dari sembilan keluarga ini segera mendirikan pelayanan misi
kekudusan di Santa Fe Street. Kemudian
mereka bergabung dengan Southern California Holiness City. Mengikuti prasangka-prasangka zaman itu
mereka percaya bahwa seorang lelaki dibutuhkan menjadi pastor permanen. Atas usul dari Neely Terry, sebuah undangan
dikirim kepada Penatua Wiliam J. Seymour, yang telah dijumpai perempuan itu
pada saat mengunjungi wilayah Houston.
WILLIAM
JOSEPH SEYMOUR
|
Lahir di Lousiana, putra dari
budak-budak sebelumnya, Seymour adalah seorang yang pendek, seorang pria
Afrika-Amerika yang gemuk pendek yang salah satu matanya buta dan dianugerahi
dengan roh yang penurut dan rendah hati.
Pada permulaan masa dewasanya, dia pindah ke Indianapolis dimana di
bergabung dengan gereja local Metodis. Kemudian
dia masuk ke dalam Church of God
(Anderson, Ind.), dimana dia pada akhirnya menerima pentahbisan untuk
pelayanan. Selama beberapa tahun Seymour
berkhotbah di beberapa gereja dari
denominasi itu.
Seymour
menerima undangan dari Pastor Hutchinson sebagai “panggilan ilahi” untuk pergi
ke Los Angeles. Dia baru saja dibuat
menyala-nyala oleh ajaran Parham mengenai bukti bahasa roh yang dia terima selama
pengalaman pendidikan singkatnya di sekolah Houston Bible milik Parham. Dengan asumsi, dari perkenalan singkatnya
dengan Miss Terry, bahwa orang di Los Angeles sangat berhasrat menantikan pesan
ini, Seymour mulai perjalanannya dengan dukungan dana dan berkat Parham untuk
menyebarkan pesan itu, walaupun dia sendiri masih belum menerima baptisan Roh
Kudus.
Di Los Angeles, untuk
khotbah Minggu pertamanya Seymour memilih Kisah 2:4 dan dengan berani
berkhotbah bahwa kecuali seseorang berbahasa roh, mereka belum mengalami
baptisan yang sebenarnya dari Roh Kudus.
Khotbah ini menjadi pemicu masalah antara Seymour dengan
Hutchinson. Berdasarkan ajaran yang diterimanya dalam gerakan
kekudusan, Sister Hutchinson dan yang lainnya di Santa Fe Mission percaya
bahwa yang dimaksud baptisan Roh Kudus adalah penyucian/pengudusan seketika
oleh Roh Kudus. Akibatnya, ajaran tentang bahasa roh sangat mengganggu Sister
Hutchinson sehingga ketika Seymour kembali
pada ibadah sore dia melihat pintu-pintu gereja terkunci, dan dia
tidak diterima lagi untuk melayani.
|
Ibadah di Bonnie Brea Street
|
Tidak diijinkan masuk gereja dan
hampir tidak punya uang, Seymour mulai
mengajar mereka yang mengikuti dia di rumah Owen “Irish” Lee, dimana dia
pertama kali tinggal. Lee adalah seorang anggota Amerika-Irlandia dari salah
satu Peniel holiness missions.
Ketika rumah Lee tidak cukup lagi untuk menampung
pertemuan-pertemuan ibadah, Seymour mendapat undangan dari kerabat Neely Terry
bernama Richard dan Ruth Asberry untuk memulai pertemuan-pertemuan doa dan
ibadah/penyembahan di rumah mereka di 214 North Bonnie Brae Street. Pada saat mereka mengundang Seymour di rumah
mereka, Asberry adalah orang
Baptis. Pada saat itu mereka secara pribadi tidak menerima ajaran-ajaran
Seymour, tetapi mereka telah mendengar apa yang terjadi dan merasa sedih dengan pengkhotbah terlantar
itu.
Pada awalnya, pertemuan-pertemuan
d rumah Asberry ini dihadiri terutama oleh “tukang cuci perempuan negro,” dan sejumlah kecil dari suami
mereka. Seymour masih memiliki satu halangan utama untuk pesannya: dia sendiri
belum menerima baptisan dengan Roh Kudus, belum berbicara dalam bahasa roh,
dan dia mengalami kesukaran untuk memimpin yang lainnya mengalami hal tersebut.
Berita tentang pertemuan itu segera mulai tersebar
walaupun kekurang terobosan baru (breakthrough). Keluarga
Lee membiarkan anggota-anggota lain dari Peniel Mission untuk hadir dalam
pertemuan-pertemuan itu. Pada akhir
Maret 1906, sejumlah orang-orang kulit putih bergabung dengan kelompok kecil
orang Afrika-Amerika di Bonnie Brae Street dan secara aktif mencari baptisan Roh Kudus dengan bukti
berbicara dengan bahasa lain.
Tetapi walaupun
jumlah terus bertambah, mereka belum mendapatkan baptisan Roh Kudus
dengan bukti berbicara dalam bahasa lain. Seymour menceritakan kepada Parham mengenai
situasi di Los Angeles dan meminta bantuan. Di akhir Maret 1906, Sebagai jawaban atas
permohonan Seymour, Parham mengutus
April Lucy Farrow dan J.A. Warren dari Houston untuk membantu Seymour. Walaupun Warren adalah seorang pekerja yang
tidak mengenal lelah, dia sendiri masih belum menerima baptisan Roh Kudus,
tetapi sister Farrow telah dibaptis Roh Kudus dan dia mengobarkan pertemuan-pertemuan itu
dengan kesaksian-kesaksiannya.
·
Pada tanggal 9 April, 1906, Owen Lee mendiskusikan
masalah-masalah rohani dengan Seymour, menghubungkan penglihatan yang dia
telah dapat malam sebelumnya dimana dua belas rasul datang kepadanya
menjelaskan bagaimana berbicara dalam bahasa roh. Lee kemudian meminta Seymour berdoa untuk
dirinya supaya menerima baptisan dengan Roh Kudus. Mereka berdoa bersama, dan Lee mulai
berbicara dalam bahasa yang lain saat dia menerima baptisan itu. Ini adalah peristiwa pertama dari orang
yang menerima baptisan Roh Kudus ketika Penatua Seymour berdoa untuk mereka.
·
Dalam pertemuan ibadah di rumah Asberry, Seymour
menghubungkan apa yang baru terjadi dengan Lee. Berita ini menyebabkan iman dari umat
tersebut naik lebih tinggi dari sebelumnya.
Lalu dalam ibadah itu, tiba-tiba,
“Seymour dan tujuh orang lainnya jatuh ke lantai dalam luapan kegembiraan
yang religius, berbicara dengan bahasa yang lain.” Ketika ini terjadi, putri Asberry yang
masih muda, Willella, lari keluar rumah, ketakutan. Kegegeran dan ketakutannya dengan cepat
menyebarkan berita tentang apa yang sedang terjadi di dalam rumah tersebut.
·
Ketika orang dari tetangganya berkumpul di luar rumah
untuk melihat apa yang terjadi, para peserta pertemuan doa pergi keluar ke
serambi rumah, dan mulai memberitakan pesan Pentakosta.
|
Salah seorang dari ke tujuh orang yang menerima baptisan
sore itu adalah Jennie Moore, yang suatu hari nanti menjadi istri Seymour. Dia mulai memainkan musik yang indah dengan
piano biasa yang sudah tua, dan bernyanyi dalam apa yang dikatakan orang sebagai
bahasa Ibrani. Padahal sebelumnya, dia
tidak pernah memainkan piano, dan walaupun dia tidak pernah belajar piano, dia
mampu memainkan alat musik itu hingga akhir hidupnya.
Fenomena bahasa lidah dan pesan yang dinamis sangat
menggairahkan hingga malam berikutnya bahkan kerumunan orang yang lebih banyak
berkumpul di jalan di depan rumah untuk mendengar Seymour berkhotbah dari
mimbar di serambi depan.
Dunia sekuler rupanya tidak memberi perhatian selama
Sembilan hari, atau sedikitnya tidak ada rekaman atas hal itu., hingga surat
kabar pertama melaporkan tanggal 18 April 1906.
Diperkuat oleh kesaksian-kesaksian sesudah kejadian 9 April,
pertemuan-pertemuan ibadah di rumah jalan Bonnie Brae sungguh-sungguh
berlangsung dua puluh empat jam setiap hari selama paling sedikit tiga
hari. Orang melaporkan kejatuhan di
bawah kuasa Allah dan menerima baptisan Roh Kudus dengan bukti berbahasa roh
saat mendengarkan khotbah Seymour dari seberang jalan.
Orang banyak bertambah sangat besar
sehingga tidak mungkin mendekati rumah itu, dan tekanan dari orang yang
berusaha masuk ke rumah menjadi begitu besar sehingga fondasinya rusak, menggeser
serambi depan rumah rubuh ke halaman depan. Namun tidak seorang pun yang
terluka. Dalam seminggu perlu mencari
lokasi yang lebih besar untuk kelangsungan doa, pujian dan ibadah yang meledak
pada 9 April 1906.
Azusa Street Mission
|
Penyelidikan
kilat di daerah tersebut membawa
Seymopur kepada ruko dua tingkat di daerah yang dulunya adalah bagian dari
wilayah ghetto Afrika-Amerika. Gedung
ini mula-mula merupakan tempat Gereja Stevens African Methodist Episcopal,
tetapi gereja itu telah pindah mengikuti perpindahan jemaatnya jauh di bagian
selatan kota yang lokasinya lebih baik, mengubah namanya mejadi First African
Methodist Episcopal Church. Ini adalah
gedung yang kecil, empat persegi panjang, dengan atap rata, sekitar 2400 feet
kwadrat (40 x 60) dengan sisi dari papan telah putih karena cuaca. Satu-satunya tanda bahwa gedung itu pernah
menjadi rumah Tuhan adalah sebuah jendela bergaya gothic di atas pintu masuk
utama.
Tahun 1906 gedung itu keadaannya sudah tua dan
rusak. Pintu-pintu dan jendela-jendela
telah rusak, dan seluruh gedung telah diisi dengan puing-puing. Namun seorang gembala dari gereja Full
Gospel, menyewa dua laki-laki dari pegawainya, dan membayar mereka secara
pribadi, untuk mengganti jendela-jendela dan pintu-pintu gedung itu. Pemilik dari perusahaan konsrtuksi itu, J.V.
Mcneil, yang adalah orang Katolik yang taat, menyumbangkan kayu dan kebutuhan
lainnya.
laporan
berita sekuler pertama tentang
kebangunan itu muncul pada 18 April 1906. Los Angeles Daily Times mengirim seorang reporter untuk ibadah malam tanggal
17 April, dan dia menyimpan laporan yang sangat kritis tentang pertemuan itu
maupun tentang orang yang menghadirinya.
Arah baru yang dramatis dari doktrin dan praktek kekudusan yang menjadi
gerakan Pentakosta meledak di tempat sekuler ketika surat kabar itu melaporkan
bahwa sebuah “weird babble of tongues” dari bagian kota yang lebih miskin. Penulis menandai opininya tentang ibadah itu dan
berkata:
Pertemuan-pertemuan itu diadakan dalam gubuk yang mau
roboh di Azusa street, dekat San Pedro Street, mengkhotbahkan teori yang paling
liar, dan mengusahakan diri mereka sendiri ke dalam suatu keadaan yang
kegembiraan yang gila dalam semangat mereka yang aneh. Orang-orang kulit berwarna dan beberapa orang
kulit putih membentuk jemaat itu, malam dibuat seram di sekelilingnya oleh raungan
para penyembah, yang selama berjam-jam mengayun ke depan dan ke beakang dalam
sebuah sikap doa dan permohonan yang menyakiti syaraf. Mereka mengklaim memiliki “karunia bahasa
roh” dan dapat mengerti celoteh-celoteh itu.
Walaupun pemberitaan pers mula-mula tentang kebangunan
Rohani Azusa Street seluruhnya negatif, hal itu justru menjadi iklan bebas yang
menyebarkan kata pencurahan dimana-mana.
Begitu cepatnya berita itu tersebar sehingga pada akhir 1906,
traktat-traktat dan artikel-artikel telah diterbitkan dan diedarkan jauh sekali
sampai ke London.
Karena orang yang hadir dalam pertemuan-pertemuan doa
di rumah Asberry dan kemudian di Azusa Street Mision berasal dari berbagai
gereja, maka kejadian ini tersebar luas dengan cepat di tengah-tengah orang
beragama di Los Angeles.
·
Pada hari minggu
pertama sesudah ia dibaptis dengan Roh Kudus (Minggu Paskah 1906), Jennie Moore
pulang ke gereja asalnya, First New Testament Church Malik Pastro Smale, dimana
dia berdiri sesudah khotbah dan berbicara dalam bahasa roh. Hal ini tidak diterima dengan baik, dan dia
segera pindah keanggotaan ke Azusa Street Mission.
·
Belakangan,
segera sesudah pertemuan pindah ke Azusa Street, Jennie Moore dan Ruth Asberry
pergi ke Peniel Mission di mana Jennie berbicara dalam bahasa roh sebagaimana
Ruth jelaskan, “Inilah yang dinubuatkan oleh nabi Yoel.” Seluruh anggota jemaat mengikuti mereka ke
Azusa Street Mission.
·
Kebanyakan
gereja-gereja, pelayanan-pelayanan misi, kemah-kemah pertemuan ibadah di daerah
tersebut dipengaruhi dengan cepat.
Beberapa kehilangan sangat banyak anggotanya karena pindah ke Azusa
Street Mission dan akhirnya menggabungkan diri dengan kebangunan rohani itu.
Akibatnya,
berbagai reaksi penolakan terhadap gerakan ini juga bermunculan. Banyak pelayan-pelayan yang memperingatkan
jemaatnya untuk menjauhkan diri dari Azusa Street Mission. Beberapa meminta polisi untuk menutup
pertemuan-pertemuan tersebut. Dua
pemimpin gereja kekudusan yang terkenal bereaksi atas kebangunan rohani ini. Pastor Smale yang pada awalnya mendukung
kebangunan rohani ini, kemudian menolak Azusa Street Mission dan menutup pintu
gerejanya bagi bahasa roh. Demikian juga Phineas Breese dengan sangat keras menentang
“gerakan bahasa roh” itu. Sebagian besar
lembaga aliran kekudusan menentang dengan keras gerakan kebangunan rohani ini.
Satu
hal yang menarik dalam gerakan ini, orang dari berbagai tipe—berpendidikan,
tidak berpendidikan, kaya, miskin, orang Afrika-AMerika, orang Asia, Hispanic,
orang kulit putih, laki-laki, perempuan, penduduk asli, para imigran dan
pendatang asing—berdoa, bernyanyi, dan datang ke altar bersama-sama. Photo-photo masa awal gerakan inin
memperlihatkan bahwa orang Afrika-Amerika, orang kulit putih, laki-laki dan
perempuan, semuanya memainkan peranan kepemimpinan.
REFLEKSI SOSIO-TEOLOGIS
Sangat menarik untuk memperhatikan fenomena sosial yang terjadi dalam gerakan Pentakosta Modern. Beberapa catatan penting perlu digarisbawahi dalam tulisan ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Gerakan Pentakosta modern pada awalnya bukanlah dimulai dari gereja, tetapi dari sebuah sekolah Alkitab di Kansas, Amerika Serikat. Acuan tentang Sekolah Alkitab ini sekaligus juga mengingatkan kita bahwa Pentakosta modern, walaupun dimulai dari gerakan akar rumput, namun mereka adalah orang-orang yang terdidik dengan baik dalam pengetahuan Alkitab.
2. Gerakan pentakosta modern secara mengejutkan sudah terlebih dahulu mematahkan kekuatan rasialisme yang saat itu sangat kuat di Amerika Serikat. Secara menakjubkan, seorang kulit hitam seperti William Seymour dapat menjadi pemimpin atas orang-orang kulit putih. Dengan demikian, gerakan Pentakosta modern ini telah mengantisipasi perjuangan Martin Luther King dan bukan tidak mungkin pentakosta modern menginspirasi Martin Luther King dalam memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam di Amerika Serikat.
3. Pentakosta modern juga sudah mendahului perjuangan kesetaraan gender modern dimana dalam gerakan Pentakosta modern, muncul pemimpin-pemimpin perempuan yang pada zaman itu merupakan fenomena sosial yang tidak lazim